Kamis, 14 Februari 2013

Tafsir Surat Besi


oleh Dani Muhtada
Namanya Surat Al-Hadid, atau Surat Besi. Ini surat ke-57 dalam Al-Quran. Nama ini diambil dari ayat ke-25, yang menyebutkan tentang penciptaan besi dan kekuatan yang terkandung di dalamnya. Nama “besi” ini menarik, karena ia hanya tercantum dalam satu ayat saja, dari 29 ayat yang terdapat di dalamnya. Apa kira-kira rahasia di balik ini?

Kalau kita perhatikan ayat demi ayat, surat ini sebenarnya memberikan resep tentang bagaimana menjadi “besi” dalam kehidupan.  Kemampuan kita dalam menghayati dan mengamalkan resep “besi” ini dapat memberikan kekuatan tersendiri untuk menghadapi kerasnya hidup. Resep “besi” tersebut terlihat dalam tiga pesan utama yang terkandung di dalamnya.

Pertama tentang iman kepada Allah. Pesan iman ini tersebar di berbagai ayat, baik di bagian awal maupun di bagian akhir surat. Iman diperintahkan sebagai salah satu konsekuensi logis dari perjanjian yang telah dibuat antara Allah dengan kita sejak sebelum ruh ditiupkan ke jasad kita (QS. Al-Hadid: 8. Lihat pula QS. Al-A’raf: 172). Surat ini menegaskan bahwa orang yang beriman akan mendapatkan cahaya dan jalan terang (ayat 19 & 28). Cahaya dan jalan terang ini sangat diperlukan ketika kita menghadapi kegelapan atau kesulitan hidup. Dalam situasi sulit, hati dan pikiran kadang terasa sempit. Situasi bisa gelap, lantaran tak tahu bagaimana mengatasinya. Iman kepada Allah, Sang Maha Penolong, akan mengantarkan kita kepada cahaya. Cahaya tersebut akan mendatangkan rasa tenteram, aman, dan melahirkan optimisme akan hadirnya jalan keluar atas sebuah persoalan.

Kedua tentang kemahakuasaan Allah. Surat Al-Hadid mengajarkan bahwa Allah Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan (ayat 2 & 17). Dia yang menghadirkan kesulitan, Dia pula sumber jalan keluar. Sangat mudah bagi Allah untuk “menerangkan” atau “menggelapkan” kehidupan seseorang (ayat 9). Allah menegaskan bahwa diri-Nya adalah pemilik segala sesuatu, dan karena itu segala sesuatu harus dikembalikan kepada-Nya (ayat 5). Surat ini juga menyatakan bahwa Allah adalah satu-satunya pemilik keutamaan (ayat 29). Keutamaan bagi orang yang ditimpa kesulitan adalah kemudahan. Keutamaan bagi seseorang yang terjepit persoalan adalah jalan keluar. Karena keutamaan adalah milik Allah, maka kepada-Nya jugalah kita berharap diberi keutamaan. Keutamaan tersebut akan dibagi-bagikan kepada siapa yang Dia kehendaki (ayat 29).

Ketiga tentang kunci menghadapi persoalan. Allah mengingatkan bahwa dunia ini adalah permainan saja (ayat 20). Karena sekedar permainan, maka tidak usah terlalu “serius” menghadapi dunia. Segala sesuatu pasti ada akhirnya. Di dunia ini, tidak ada kepedihan yang kekal, pun tidak ada kebahagiaan yang terus menerus. Selain itu, Allah juga menegaskan bahwa segala hal yang terjadi di muka bumi ini sudah tercatat sebelumnya di dalam kitab-Nya (ayat 22). Karena itu, manusia tidak boleh terlalu bersedih jika ditimpa kesusahan, pun tidak boleh terlalu berbangga diri jika sedang mendapatkan karunia dan kenikmatan (ayat 23).

Kita juga disarankan untuk banyak-banyak mengingat Allah (ayat 16). Surat ini mengingatkan bahwa Allah adalah awal dan akhir dari segala sesuatu (ayat 3). Dia selalu bersama kita di manapun kita berada (ayat 4). Kita diingatkan untuk segera memohon ampun atas kekhilafan yang telah kita perbuat (ayat 21). Ampunan Allah ini akan mengantarkan kita kepada surga-Nya. Surga yang sebenarnya akan diberikan kelak di akhirat. Sedangkan surga yang sekarang akan datang dalam wujud kebahagiaan dan keselamatan di dunia.

Yang menarik, di surat ini Allah berulang-ulang menegaskan pentingnya infaq dan sedekah (ayat 7, 10, 11, 18, 24). Dalam konteks perjuangan hidup, penegasan ini mengisyaratkan bahwa infaq dan sedekah dapat membukakan jalan bagi kesulitan kita. Ini selaras dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hudzaifah. Dalam hadits tersebut, Nabi bersabda bahwa kunci menghadapi persoalan ada tiga: salat, puasa, dan sedekah. Barangsiapa yang melaksanakan ketiganya, insyaallah kesulitan-kesulitannya akan dimudahkan oleh Allah SWT.

Kesimpulannya, Surat “Besi” ini sarat dengan pesan-pesan keimanan, kemahakuasaan Allah, serta petunjuk bagi umat manusia. Kemampuan kita dalam menghayati dan mengamalkan isi kandungan surat ini bisa mengantarkan kita kepada kualitas “besi”. Yakni, kualitas mukmin yang kuat, kokoh, dan tabah dalam mengarungi kerasnya kehidupan. Semoga Allah SWT senantiasa berkenan membagikan kualitas-kualitas besi tersebut kepada kita. Untuk hari ini, esok, hingga akhir hayat nanti. Allahumma ihdina al-sirat al-mustaqim. Sirat al-ladzina an'amta 'alayhim, ghayr al-maghdubi 'alayhim wala al-dhallin. Amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar