Kamis, 30 Mei 2013

Kanal Suez Bukan Dibangun Ferdinand de Lesseps

Indahnya kalau kita Bisa Berbagi.
 

Ferdinand de Lesseps (1805-1894) ternyata bukan orang yang pertama membangun Terusan Suez. Jadi sebenarnya insinyur Perancis yang tinggal lama di Mesir itu tidak berhak menyandang julukan sebagai Si Pembangun Terusan Suez.
Sejarah yang sebenarnya adalah bermula saat Firaun masih berkuasa di Mesir ribuan tahun sebelum Masehi. Ketika itu Mesir diketahui telah mengimpor sejumlah komoditi dari selatan, di antaranya kapur Barus dari kota Barus di pesisir timur Sumatera. Kapur Barus merupakan salah satu bahan utama untuk pembalseman raja dan bangsawan Mesir kala itu. Robert Dick-Read, dalam The Phantom Voyagers: Evidence of Indonesian Settlement in Africa in Ancient Times (2005), menulis jika selain kapur Barus, Mesir juga mengimpor dupa, kayu eboni, gading, kemenyan, electrum (campuran alami emas dan perak), dan sebagainya dari daerah Timur India, terutama Nusantara.
Sebelum Firaun Cheops berkuasa, para Firaun Mesir mengimpor bahan-bahan itu dari "daerah di balik matahari terbit", yang dibawa menyusuri Laut Merah dan menyeberangi gurun yang panas dan terik-dengan dipanggul manusia atau onta-menuju pusat pemerintahan atau daerah gudang. Perjalanan di gurun inilah yang sering memakan korban, baik tenaga kasar maupun biaya yang harus ditanggung kerajaan. Hal ini tentu memusingkan para pembesar Mesir. Akhirnya mereka memutuskan untuk membuat sodetan panjang yang menghubungkan Laut Merah dengan Laut Tengah dan membangun armada laut yang kuat.
Suez Canal in the late 1860s
http://web.mst.edu/~rogersda/umrcourses/ge342/
Bangsa Mesir memang sudah lama dikenal sebagai bangsa yang menguasai teknik pelayaran jauh. Nancy Jenkins dalam The Boat Beneath the Pyramid (1970) menulis, dalam suatu penggalian arkeologi di gurun dekat Kairo, ditemukan sebuah bangkai kapal laut yang dibenam di dalam satu kuburan khusus di bawah piramida Firaun Cheops. Firaun ini hidup lebih dari enam abad sebelum Firaun Sesostris naik tahta. Kapal itu dipisah-pisah secara sengaja dan cerdas menjadi sekira 1.200 potongan dan diletakkan di dalam sebuah kuburan besar. Dalam kondisi gurun yang kering dan hampa udara, potongan-potongan kapal tersebut tetap utuh saat ditemukan setelah terkubur selama lebih dari empatribu limaratus tahun.
Ketika potongan-potongan kapal itu dirakit kembali oleh satu tim ahli, terbentuklah seuah kapal yang elok sepanjang 141 kaki, dengan balok sepanjang 19 kaki yang terbuat dari papan-papan kayu cedar Lebanon. Balok-balok kayu yang berukuran 70 kaki dirangkai dengan indah dengan menggunakan rumput halfa.
Kapal-kapal bangsa Mesir kala itu sudah berlalu-lalang di Terusan Suez, baik ke arah Lebanon maupun ke Laut Merah menuju selatan. Selama beberapa abad setelah berakhirnya pemerintahan Sesostris, kebudayaan Indus mulai mengalami kemunduran. Dan Terusan Suez yang kala itu disebut sebagai Terusan Firaun pun terbengkalai. Terusan tersebut akhirnya tidak terurus dan tertutup pasir, sehingga sejarah mencatat sejak itu tidak ada lagi interaksi antara Mediteranian dengan Samudera Hindia sampai seribu tahun sesudahnya.
Namun Sesostris telah memelopori gagasan yang tidak terlupakan; ketika Firaun Necho (berkuasa pada abad ke-6 SM) memimpin armada Phoenician yang berlayar mengelilingi Afrika, ia bersiap-siap membangun kembali terusan baru dari cabang Pelusian di Sungai Nil menuju Bitter Lakes, proyek raksasa ini kabarnya menelan 100.000 korban jiwa. Proyek ini diteruskan oleh Darius I dari Sungai Nil menuju Laut Merah, pada 521 SM hingga 485 SM. Ketika terusan ini tertutup kembali oleh sedimentasi alam, tertutup pasir dan tanah, beberapa tahun kemudian dibuka kembali oleh orang-orang Athena; dan dua abad kemudian oleh Ptolemy Philadelphus.
Robert Dick-Read mencatat, pemerintah Romawi tidak mengrus terusan itu dengan baik sehingga tertutup kembali. Barulah pada akhir abad ke-1 M, Kekaisaran Trajan membuka kemblai terusan itu dan dikelola oleh Hadrian dan Antonines hingga akhir abad ke-2 M. Redupnya kekuasaan Romawi di sekitar Mesir membuat terusan itu kembali tertutup pasir hingga di masa awal cahaya Islam bersinar di jazirah Arabia terusan tersebut dibuka kembali untuk memudahkan pengiriman biji-bijian dari Mesir menuju Makkah.
Namun pada abad ke-8 M, Al-Mansur memerintahkan agar terusan itu ditutup kembali dengan alasan keamanan, mencegah ancaman dari timur. Terusan Suez atau Terusan Firaun itu pun dengan sengaja ditutup selama berabad-abad, hingga datangnya masa Ferdinand de Lesseps.
Terusan Suez dalam bahasa Arab disebut sebagai Qanā al-Suways, yang berada di barat Semenanjung Sinai. Terusan ini panjangnya sekira 163 kilometer, menghubungkan Port Said di Laut Tengah dengan Suez di Laut Merah.
Pada 17 November 1869, seorang insinyur Perancis yang sudah lama tinggal di Mesir bernama Ferdinand Vicomte de Lesseps membuka kembali terusan kuno tersebut setelah sebelumnya mempelajari sejarah transportasi dan rute perdagangan antara Mesir kuno dengan wilayah-wilayah selatan. Sebelumnya, kapal-kapal dari Eropa yang ingin ke Asia dari Mesir harus mengelilingi Benua Afrika dahulu dan ini jelas memakan tenaga dan biaya yang tidak sedikit. Beberapa di antaranya melakukan hal yang sama dilakukan raja-raja Mesir sebelum terusan itu dibangun, yakni dengan mengosongkan kapal dan membawa barang-barangnya lewat gurun antara Laut Tengah dan Laut Merah.

... nationalized the Suez
http://web.mst.edu/~rogersda/umrcourses/ge342/

Atas jasanya membuka kembali Terusan Suez, Ferdinand de Lesseps dipuja bagai pahlawan oleh Eropa. Pemerintahan Perancis menganugerahkan kehormtan tertinggi padanya dengan mengangkatnya sebagai anggota Académie Française.
Selama hampir duabelas tahun De Lesseps menikmati kehidupan yang nikmat dan nama yang besar. Namun di saat usianya mencapai 73 tahun, dia ditunjuk untuk mengepalai pembangunan Terusan Panama. Setelah 10 tahun dikerjakan proyek ini ternyata tidak selesai juga padahal sudah memakan korban tewas sekira 22.000 pekerjanya dan juga biaya yang tidak sedikit. Tahun 1888 proyek Terusan Panama pimpinan de Lesseps dinyatakan gagal. De Lesseps diseret ke pengadilan karena dituduh menyelewengkan dana proyek dan dihukum penjara 5 tahun.
De Lesseps melalui sisa hidupnya selama 6 tahun berikutnya di atas kursi malas. Seluruh gairah hidupnya sirna dan mentalnya terganggu. Ada satu hal yang unik sekaligus menyedihkan, sejak keluar dari penjara, dia hanya mau membaca suratkabar yang terbit sebelum tahun 1888, tahun saat proyek Terusan Panama dihentikan. Hal ini dilakukannya sampai dia meninggal dunia pada 7 Desember 1894.
Sekarang, dunia mencatat De Lesseps sebagai orang besar pembangun Terusan Suez. Hal ini sesungguhnya kurang tepat, karena sebenarnya Firaun-lah yang pertama kali membangun terusan itu. [] (ridyasmara)

Terusan Suez Karya Legendaris Umar Bin Khattab

<p>Your browser does not support iframes.</p>
Terusan Suez karya Umar Bin Khattab
Kepemimpinan Umar Bin Khattab sudah banyak dikenal umat Islam baik dari riwayatnya maupun kisah-kisahnya baik di jaman Rasulullah ataupun masa ke-khalifahannya. Perlu diketahui jarang sekali diketahui karya-karya mereka selain masalah akhlak dan akidah mereka. Inilah salahsatu karyanya. ternyata Terusan Suez Karya Legendaris Umar bin Khattab. Terusan Suez merupakan karya master piece dan karya agung berdasar ide cemerlang sekaligus membuktikan kecerdasan Amirul Mukminin Umar Bin Khaththab raddiyallahu’anhu. Ngomong-ngomong udah tau Terusan Suez itu dimana belum ?..  Di Mesir Sob.

Ide jenius beliau menghubungkan Laut Merah dan Laut Putih Tengah karena adanya berbagai potensi domestik yang sudah dikenal pada zamannya. Juga kejeniusan beliau patut kita berbangga karenanya, adalah kemampuan beliau mewujudkan proyek tersebut dalam waktu relatif singkat sehingga terusan tersebut bisa dilalui oleh kapal-kapal.

Peta Terusan suez

Di musim dingin tahun 641-642 M, Amru bin Ash ra. membuka terusan yang menghubungkan antara laut Qalzim dengan Laut Romawi atau di posisinya sekarang, dikenal dengan nama Terusan Amirul Mukminin.
Al Qadha’i bercerita, Umar bin Khattab ra. menginstruksikan pada Amru bin Ash ra. pada saat musim paceklik untuk mengeruk teluk yang berada di samping Fusthath kemudian dialiri air sungai Nil hingga laut Qalzim.

Belum setahun, teluk inipun sudah bisa dilalui oleh kapal dan digunakan untuk mengangkut logistik ke Mekkah dan Madinah. Teluk ini juga dimanfaatkan penduduk dua tanah suci itu hingga disebut Teluk Amirul Mukminin.

Al Kindi bertutur bahwa teluk tsb dikeruk pada tahun 32 H dan selesai hanya dalam waktu 6 bulan. Kapal-kapal sudah bisa lalu lalang menyusuri teluk hingga sampai di Hijaz bulan ke tujuhnya.
Terusan ini sangat membantu penduduk Mesir hingga era Khalifah Abu Ja’far Al Manshur , yang dibendungnya untuk memutus aliran dan dukungan Mesir terhadap perlawanan Muhammad bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib di Hijaz.

Terusan Suez karya legendaris Umar Bin Khattab

Sebagian sejarah juga menyebut, bahwa Amru bin Ash telah memikirkan untuk menghubungkan 2 laut putih dan Merah , namun tampaknya yang dimaksud adalah terusan lain, yang membelah antara Selat Timsah dengan Barzah, antara Mesir dan Sinai hingga Laut Tengah. Tapi rencana ini dibatalkan karena alasan pertimbangan militer yang ada pada zaman itu.

Pada masa Khilafah Utsmaniyyah, teluk ini dibersihkan tiap tahun. Musim dingin, teluk ini biasanya ditutup karena dikeruk dan dibersihkan seperti perayaan. (biasanya bulan Agustus). Lumpur yang dikeruk lalu diangkat dan ditimbun di samping kanan-kiri aliran teluk. dan ini sungguh menarik perhatian penduduk setempat
Terusan Suez (bahasa Arab, Qanā al-Suways), di sebelah barat Semenanjung Sinai, merupakan terusan kapal sepanjang 163 km yang terletak di Mesir, menghubungkan Pelabuhan Said (Būr Sa'īd) di Laut Tengah dengan Suez (al-Suways) di Laut Merah.
Terusan Suez dibuka tahun 1870 dan dibangun atas prakarsa insinyur Perancis yang bernama Ferdinand Vicomte de Lesseps.
Terusan ini mengizinkan transportasi air dari Eropa ke Asia tanpa mengelilingi Afrika. Sebelum adanya kanal ini, beberapa transportasi dilakukan dengan cara mengosongkan kapal dan membawa barang-barangnya lewat darat antara Laut Tengah dan Laut Merah.
Terusan ini terdiri dari dua bagian, utara dan selatan Danau Great Bitter, menghubungkan Laut Tengah ke Teluk Suez
Dalam era Perang Dunia I Terusan Suez yang saat itu berada di bawah kekuasan Inggris, diserang oleh pasukan Jerman dan Turki Ottoman. Posisi Suez yang sangat strategis, yaitu menghubungkan Laut Mediterania dan Laut Merah, menjadikan terusan ini objek rebutan antara pasukan Sekutu dan Axis.[1]
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/63/Dynamap_suez.png/220px-Dynamap_suez.png
http://bits.wikimedia.org/static-1.21wmf10/skins/common/images/magnify-clip.png
Peta Terusan Suez dari Port Said di utara sampai Suez di selatan
Saat Mesir dipimpin Presiden Gamal Abdul Nasir terusan Suez pada tanggal 26 Juli 1956 dinasionalisasi pihak Mesir. Hal ini memicu terjadinya krisis Suez karena Prancis tidak terima Suez dikuasai mesir. Pada tanggal 29 Oktober 1956 terjadi serangan gabungan dari Israel, pasukan Inggris dan Prancis di Mesir. Melalui intervensi dari PBB , Amerika Serikat dan Uni Soviet konfrontasi tersebut dapat berakhir relatif cepat, dan kampanye perang pada 22 Desember 1956 kembali dievakuasi. Dalam Perang Enam Hari mendorong Israel pada tanggal 9 Juni 1967 kembali menguasai Suez . Terusan Suez tetap tertutup untuk pengiriman dari mesir dan menempatkan di perbatasan antara Mesir dan Israel. Israel mendirikan sebuah garis pertahanan yang garis Bar-Lev dan mengusai Semenanjung Sinai . Dalam Perang Yom Kippur , pada tanggal 6 Oktober 1973 Suez berhasil dikuasai oleh pasukan Mesir . Tetapi pada akhirnya Israel juga berhasil memukul mundur Mesir dalam serangan balasan pada 16 Oktober 1973, Israel menyeberangi Suez dengan membuat sebuah jembatan di atas kanal. Pada akhir perang Yom Kippur meski Mesir kalah secara militer tapi menang secara diplomatik sehingga seluruh saluran suez dan semenanjung Sinai kembali di bawah kendali Mesir. Setelah sempat ditutup sementara akhirnya terusan Suez kemudian dibuka untuk umum lagi pada tahun 1975.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar