Kamis, 31 Januari 2013

Sendi-sendi Berbunyi


KENAPA SENDI KITA BERBUNYI “KREK!!”…
By. Rohmatuminalloh, S.Pd.I.

Siapapun anda tentu sudah pernah mengalami dan merasakan suara klik atau gemeretak pada jari tangan, kaki ataupun persendian tubuh yang lain. Ada kepuasan tersendiri ketika menggeliat atau kalau orang jawa bilang “mulet” dan bagian tubuh kita yang terasa capai mengeluarkan suara gemeretak “kretek..krek”. Suara itu bisa keluar karena diputar, di tekan, ditarik tergantung jenis sendinya.
Sehabis di pijat juga rasanya nyaman kalau jari tangan atau kaki kita di “jethutin / plitekin”. Tapi mungkin banyak di antara kita yang belum mengetahui asal muasal suara unik itu. Apakah karena engsel kita yang sudah berkarat dan butuh oli ? atau tulang keropos seperti kata iklan susu berkalsium tinggi ? Nah mari kita selidiki hal yang menarik ini..
Yah persendian di tubuh kita ada berbagai jenis ada yang merupakan sendi engsel seperti lutut, siku. Ada yang mampu kita putar dan gerakkan ke banyak arah seperti tulang leher dengan sendi putarnya. Ada sendi yang hanya mampu bergeser seperti tulang belakang kita. Ada juga sendi peluru yang berada pada tulang bahu kita. Masing-masing mempunyai fungsi dan gerakan tersendiri.
Sebagaimana mesin membutuhkan pelumas maka tubuh kita juga butuh “oli” alami. Tulang persendian kita mempunyai selaput sendi atau membran sinovial yang menghasilkan minyak sinovial. Cairan ini berfungsi sebagai pelumas sehingga gesekan berjalan lancar dan halus dan tidak menimbulkan rasa nyeri atau sakit . Minyak sinovial juga mengandung berbagai jenis nutrisi dan campuran gas oksigen, nitrogen, dan karbon dioksida.
***Letusan Gas dan Pergeseran Jaringan***
Nah, saat Anda mematah-matahkan tangan, ruangan berisi cairan di sekitar sendi akan meregang. Karena regangan itulah, gas di dalam cairan akan dilepaskan. Letusan gas-gas itulah yang menghasilkan bunyi di persendian. Menurut para ilmuwan, cairan sendi harus menyerap gas kembali beberapa saat sebelum Anda dapat membuat bunyi yang sama.
Tendon dan ligamen juga penyebab timbulnya suara. Jaringan lunak di persendian ini mirip dengan karet yang mengikat otot dengan ujung-ujung tulang agar tidak lepas. Begitu pula dengan ligamen yang menghubungkan tulang dengan tulang lainnya.
Saat persendian digerakkan, kadang-kadang tendon dan ligamen lepas dari tempatnya, namun segera kembali. Misalnya, saat lutut Anda berbunyi karena berdiri dari posisi duduk.
Pada penderita arthritis, suara gemeretak sangat mudah terjadi dan rasanya sangat nyeri. Tulang belulang kehilangan jaringan tulang rawan sehingga ujung-ujung tulangnya kasar. Cairan sinovial bertambah banyak sehingga sendi terasa kaku dan sakit.
Para ilmuwan telah mempelajari apakah kebiasaan mematah-matahkan sendi dapat memicu arthritis atau merusak organ tubuh. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan tersebut dapat dilakukan kapan saja tanpa berisiko apa pun.
Meskipun demikian, penelitian lainnya menunjukkan bahwa aktivitas yang berlebihan akan merusak jaringan lembut di sekitar sendi sehingga tangan bengkak dan sulit digerakkan. So sudahkah anda gemeretakkan sendi anda hari ini….

Waspadai Pengapuran (Osteoarthritis)
pada Sendi :
Jika Jari-jari tangan terasa Pegal, paling enak memang menarik Jari-jari hingga berbunyi gemeretuk. Begitupun ketika bagian Pinggang terasa Pegal, langsung memutir tubuh hingga bunyi gemeretuk. Setelah itu, pegal rasanya seolah-olah hilang seketika. Tetapi benarkah demikian?
Menurut
Dokter Spesialis Tulang (Orthopedik) RS Siaga,
Dr. Lukman Shebubakar, Jari-jari atau Sendi Kaki yang suka mengeluarkan bunyi gemeretuk merupakan pertanda bahwa ada kemungkinan orang tersebut sedang menderita
Pengapuran pada Sendi atau Osteoarhritis (Spur).
"Berbeda dengan
Penyakit Osteoporosis yang berarti Pengapuran pada Tulang, maka Penyakit Osteoarhritis adalah Pengapuran pada Sendi," kata Dr. Lukman Shebubakar dalam sebuah seminar tentang Osteoarhritis, di Jakarta, belum lama ini. Dijelaskan, tubuh manusia terdiri atas 206 Tulang dan 230 Sendi. Osteoartritis adalah suatu Penyakit Sendi menahun yang ditandai dengan adanya kemunduran pada Tulang Rawan Sendi dan Tulang di dekatnya, yang bisa menyebabkan Nyeri Sendi dan Kekakuan.
"Pengapuran Sendi pasti akan dirasakan setiap orang, terutama oleh orang yang sudah berusia diatas 40 tahun. Akan tetapi, hal itu dapat terjadi lebih dini," ujarnya.
Osteoarhritis bisa dialami orang dewasa yang pernah mengalami kecelakaan, infeksi pada sendi, atau bisa juga pada bayi yang mengalami kelainan bawaan.
"
Osteoarhritis bisa terjadi hampir pada semua sendi. Biasanya terjadi pada sendi yang biasa menahan beban berat dan juga pada sendi yang sering digunakan, misalnya Lutut, Pinggul, Punggung atau Tulang Belakang, Tangan, dan Kaki," tuturnya.
Gejala
yang ditimbulkan dari Osteoarthritis datang secara bertahap. Biasanya diawali dari Satu Sendi, adanya Nyeri Sendi, Kesulitan Naik dan Turun Tangga, Sulit Berdiri setelah lama Duduk atau Jongkok.
Orang-orang yang rentan dan berisiko tinggi terkena
Penyakit Pengapuran adalah orang yang pekerjaannya menimbulkan penekanan berulang pada sendi. "Penyakit yang timbul jika terjadi Pengapuran pada Sendi bisa sampai mengakibatkan Berubahnya Bentuk Sendi," ucapnya.  Rawan sendi :
Osteoartritis dimulai dari Kerusakan Tulang Rawan Sendi yang antara lain diikuti Pertumbuhan Osteofit, Penebalan Tulang Subkondral, dan Kerusakan Ligamen. Pengapuran ini umumnya menyerang Sendi Penopang Tubuh, seperti Sendi Lutut, Panggul, dan Sendi Jari Tangan. Jika tidak segera diobati, Penyakit ini bisa menimbulkan kerusakan seluruh Organ Sendi hingga Cacat.
Penderita
Osteoartritis mengalami Gejala Klinis antara lain, Nyeri Sendi, Kaku Sendi, Bengkak Sendi, dan Tulang Berderik. Nyeri Sendi merupakan keluhan awal pasien dan akan muncul setelah Sendi yang terserang digunakan. Gangguan ini bertambah berat jika Sendi digunakan berlebihan dan akan berkurang bila diistirahatkan. ”Jika bertambah parah, Nyeri Sendi juga muncul saat beristirahat,” katanya.
”Pengapuran Sendi paling banyak didapatkan pada Tulang Belakang, Lutut, Tangan, dan Kaki, serta Otot sekitar Sendi. Karena Rawan Sendi Aneural, maka Nyeri Sendi pada
Osteoartritis berasal dari Struktur di luar Rawan Sendi,”
ujar Yoga. Makin bertambah usia, Prevalensi Penderita
Pengapuran Sendi ini makin meningkat. Sejauh ini Penyakit tersebut tidak pernah ditemukan pada anak dan jarang terjadi pada orang dewasa muda.

Faktor Risiko yang menimbulkan
Pengapuran Sendi antara lain, Kegemukan (Obesitas), Mobilitas Tinggi, Densitas Massa Tulang, Hormonal dan Penyakit Rematik Kronik lainnya. Pada sejumlah penelitian terhadap Lansia ditemukan, perempuan lebih sering terserang Osteoartritis pada Lutut, Tangan dan Kaki jika dibandingkan dengan pria. Sementara pria cenderung mengalami Pengapuran Sendi pada Panggul.
”Selain faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi seperti hormonal dan usia, trauma dan Pemakaian Sendi Berlebihan juga meningkatkan Risiko Terserang Pengapuran Tulang pada Sendi,” kata Yoga.
Peranan beban mekanik berlebih pada Sendi Lutut dan Panggul akan menimbulkan Kerusakan Tulang Rawan Sendi, Kegagalan Ligamen dan Struktur lain untuk menopang badan.
Maka dari itu, Pencegahan Osteoartritis sebaiknya dimulai sejak dini dengan mengenali Faktor Risiko Penyakit itu dan berlatih fisik secara teratur, seperti Bersepeda, Berenang, dan Senam Rematik untuk menguatkan Otot Quadriceps, dan menghindari penggunaan Sendi Berlebihan.

Hanya mengisi 10% bagian tubuh, tulang justru menyangga dan menjadi tumpuan bagi 90% kehidupan manusia. Tumpuan yang lebih berat lagi terletak pada sendi tulang.
Sebagai wanita karier dan single mother, Tuti harus banyak bergerak. Setiap hari, wanita berusia 42 tahun ini bangun pada dini hari untuk menyiapkan segala keperluan sekolah kedua putranya.
Di kantor, Tuti juga tak bisa ‘diam’. Pekerja media ini dituntut untuk memiliki mobilitas tinggi agar bisa menemui klien diberbagai tempat. Tak jarang, ia baru ada di rumah lepas dari pukul sembilan malam.
Namun, dua bulan belakangan ini Tuti mulai mengeluh. Rasa nyeri dan kaku pada kaki kanannya memaksa ia lebih banyak berdiam diri. “Sakit kalau ditekuk lama atau melakukan aktivitas berlebih seperti aerobik,” ujarnya.
Hasil pemeriksaan X rays dan terapi pengobatan atas anjuran dokter tak banyak mengatasi rasa sakit itu. “Memang ada obat penghilang nyeri, tapi masih sering kumat juga,” imbuhnya.
Rasa sakit serupa diutarakan Made. Pria berusia 38 tahun ini pernah jatuh hingga mengalami rusak pada tiga ruas bantalan tulang pinggangnya. Walau sudah menjalani sejumlah terapi, sejak itu, Made mengaku hampir tak pernah lepas dari rasa kaku pada sendi di samping pada kedua lutut dan tulang belakangnya.“Terutama kalau berdiri atau duduk lama dalam satu posisi,” tegasnya.
Rasa nyeri seperti yang dialami Made dan Tuti memang tidak serta menunjukkan gejala penyakit yang sama. Namun, kecenderungan rasa nyeri yang mereka rasakan bisa menjadi indikasi awal adanya sesuatu yang tak normal pada tulang sendi mereka.
”Seperti juga kalau bangun dari berjongkok, lutut sering terasa nyeri. Atau waktu sedang menaiki tangga. Kalau sudah seperti ini, bisa jadi memang orang itu terserang penyakit osteoarthritis,” kata dr. Andito Wibisono, Sp.O.T.
 Berbeda dengan Osteoporosis
Osteoarthritis memang tidak sepopuler osteoporosis. “Tapi, penyakit ini termasuk dalam kelompok penyakit degeneratif yang banyak diderita mereka yang berusia lanjut,” ungkap Andito, ahli bedah tulang dari Centre of Anthroplasty, Bintaro International Hospital, Tangerang.
Literatur menunjukkan bahwa 1 dari 6 populasi menderita penyakit yang biasa disingkat “OA” ini. Data yang dilansir oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa 40 persen penduduk dunia yang berusia lebih dari 70 tahun akan menderita osteoarthritis lutut. Dari jumlah tersebut, 80 persen di antaranya berdampak pada keterbatasan gerak.
Walau gejala dan wilayah sakit keduanya nyaris sama, OA tidak sama dengan osteoporosis. Kedua penyakit ini sama-sama merujuk pada penyakit tulang menahun dan banyak dijumpai pada para wanita usia diatas 50 tahun atau post menopause. ”Orang awam kerap menyamakan OA dengan asam urat dan reumatik. Padahal, penyakit ini sebenarnya menunjuk pada ausnya engsel pada persendian kita,” tegas Andito.
Dipaparkan Andito, OA adalah peradangan pada sendi yang bersifat kronis dan progresif disertai kerusakan tulang rawan sendi berupa disintegrasi atau pecah dan perlunakan progresif permukaan sendi dengan pertumbuhan tulang rawan sendi di tepi tulang. Kerusakan tulang rawan sendi ini secara alamiah akan dikompensasikan oleh tubuh dengan menumpuk kalsium atau zat kapur, yang ironisnya tidak ‘seluwes’ tulang rawan sendi sehingga menimbulkan rasa nyeri. Karena itupula OA bisa juga disebut dengan istilah pengapuran.
Sementara, osteoporosis atau dikenal sebagai tulang keropos atau kopong yang terjadi akibat massa yang membentuk tulang sudah berkurang. Akibatnya, tulang menjadi kehilangan kepadatan sehingga seringkali tak kuat menahan benturan ringan sekalipun.
Lepas dari mudahnya kemungkinan mengalami fraktur atau patah, tulang yang keropos atau kopong bisa terjadi pada bagian tulang manapun. Jadi, jika dengkul maupun punggung terasa kaku dan nyeri, yang lebih patut untuk ‘dicurigai’ adalah kemungkinan mengalami OA ketimbang osteoporosis.
 Bisa Akibat Genetis
Dari aspek anatomi medis, OA berawal dari hilangnya kartilago hyalin pada tulang. Jaringan tulang rawan yang elastis ini berfungsi sebagai bantalan atau pelumas yang menjadi tumpuan bagi pergerakan dan pertemuan antara tulang. Adanya kartilago hyali-lah yang membuat pergerakan sendi antar tulang menjadi nyaman tanpa rasa sakit. “Dalam bahasa awam, jaringan ini bisa disebut sebagai engsel atau shock breaker,” kata Andito.
Pada penderita OA, kartilago hyalin mengalami kehilangan atau kerusakan lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk memperbaiki. Akibatnya, engsel tadi kekurangan pelumas sehingga menyebabkan persinggungan antar tulang berdampak pada munculnya rasa nyeri.
Lebih dari itu, rusaknya tulang rawan menyebabkan sendi dan tulang juga ikut berubah. Tubuh akan menumbuhkan tulang baru dengan ‘menggelontorkan’ lebih banyak kalsium atau zat kapur sebagai bentuk mekanisme pertahanan dalam menjaga stabilitas sendi. Padahal, bentuk dasar kalsium yang tajam dan tidak beraturan justru membuat persinggungan antar sendi menjadi terasa semakin nyeri. “Jika kondisi ini dibiarkan, rasa sakit akan makin bertambah. Selain itu, tulang juga bisa mengalami perubahan bentuk atau deformity sehingga dapat menyebabkan cacat permanen pada tulang,” terang Andito.
Kembali dipaparkan Andito, ada dua macam OA, yaitu primer dan sekunder. OA primer terjadi akibat proses penuaan alami sehingga banyak dijumpai pada mereka yang berusia diatas 45 tahun. Bagian yang paling diserang biasanya pada sendi yang paling berat menanggung berat badan, seperti lutut dan panggul maupun punggung, leher, dan jari-jari.
Sementara, OA sekunder umumnya terjadi akibat trauma pada sendi seperti tulang patah atau permukaan sendi yang tidak sejajar seperti pada kaki bentuk O dan X. Penderita OA sekunder juga bisa dipicu oleh faktor genetik dan penyakit metabolik seperti asam urat maupun infeksi sendi seperti tubercolosis atau TBC.

Bunyi di Lutut dan Pencegahan
Seperti halnya osteoporosis, OA seringkali muncul secara asimptomatik atau tanpa gejala. Diagnosa penyakit ini dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium dan rontgen tulang. “Bila ada laju endap darah dan kolesterol meningkat, maka biasanya sudah dapat diidentifikasi sebagai gejala osteoarthitis,” kata Andito.
Hanya demikian, gejala awal OA sebenarnya bisa dideteksi melalui rasa kaki dan nyeri pada sendi saat digerakkan di pagi hari. Saat kondisi ini dibiarkan, rasa nyeri biasanya semakin terasa setiap melakukan gerakan tertentu, terutama pada saat menopang berat badan. Pada beberapa penderita, rasa nyeri bahkan dapat timbul setelah istirahat lama, misalnya duduk di kursi atau di jok mobil dalam perjalanan jauh.
Gejala OA yang lebih jelas dapat dilihat apabila terjadi pembengkakan atau peradangan pada sendi. Selain itu, persendian yang sakit ini juga berwarna kemerah-merahan. Sebagian penderita bahkan mengalami bunyi –umumnya pada lutut setiap persendian digerakkan walau kadangkala tidak menimbulkan rasa sakit.
OA sendiri bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Selain faktor usia, wanita memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami penyakit ini karena berhubungan dengan hormon estrogen. Karena itu, OA paling banyak dijumpai pada wanita yang sudah memasuki masa menopause.
Bentuk tubuh wanita juga ditengarai lebih mudah mengalami OA ketimbang pria. Merujuk hasil sebuah penelitian, tubuh wanita yang lebih lebar di bagian pinggul menyebabkan penumpukan lemak banyak terjadi di bagian ini. Dampaknya, tulang kaki harus menopang beban lebih berat. Karena itupula, dalam kondisi yang sama, OA sering dialami mereka yang memiliki berat badan berlebih.
Selain itu, OA bisa disebabkan riwayat imobilisasi atau kurangnya gerak tubuh, atau justru ‘stres’ panjang akibat gerak tubuh berlebih seperti pada olahragawan. Penyakit ini diduga juga berkaitan dengan ras, keturunan, dan sistem metabolik tubuh. OA bisa pula disebabkan trauma menahun pada sendi bahkan dari jenis trauma minor sekalipun, seperti sering nyeletek-nyeletekin jari. Ashar F. Anwar

Dr. Andito Wibisono, Sp.O.T

Bisa Diganti dengan yang Buatan

Penderita osteoarthritis yang sudah parah bisa diatasi dengan mengganti lutut dengan bahan metal buatan.
 Upaya terbaik pada penderita osteoarthritis berat dilakukan dengan cara memperbaiki keseimbangan ligamen penyangga sendi hingga bisa seperti semula. Jika pemotongan dan pemasangan proses ini terjadi secara baik dan ligamen bisa stabil, maka kaki yang bengkok bisa menjadi lurus kembali dengan gerakan yang relatif sempurna dan tidak menimbulkan rasa nyeri lagi.
Karena itu, tidak semua ahli tulang bisa melakukan tindakan ini. Berikut paparan dr. Andito Wibisono, ahli tulang dari Centre of Anthroplasty, Bintaro International Hospital yang sempat mendalami berbagai terapi pengobatan penyakit ini di Singapura, Jerman, Belanda, dan Inggris kepada C&R.
Perjalanan penyakit osteoarthritis atau OA terbagi atas empat stadium. Pada stadium yang lebih awal, seperti stadium I dan II, pengobatannya dapat dilakukan dengan pencegahan melalui program penurunan berat badan, olahraga yang disesuaikan dengan kondisi penderita serta pemberian obat-obatan, suntikan sendi dan fisioterapi.
Namun, jika sudah masuk stadium berat (stadium IV), maka tidak bisa lagi diatasi dengan hanya diberi obat-obatan atau vitamin tulang, pasalnya sel-sel permukaan rawan sendi sudah habis. Tindakan yang harus dilakukan adalah arthroplasty atau joint replacement atau total knee replacement.
Joint replacement ini sebenarnya dilakukan untuk mengganti permukaan rawan sendi yang rusak dengan permukaan sendi buatan atau artifisial. Jadi, sendi pada lutut, misalnya, akan direparasi seluruhnya dan digantikan dengan bahan metal buatan.
Namun, tindakan bedah ini tidak mudah karena dari celah luka operasi yang sempit, kami harus meratakan sendi secara akurat agar permukaan sendi buatan (prothese) dapat duduk pada posisi yang stabil. Sebagai contoh, arthroplasty sendi lutut memerlukan 25 tahap sebelum prothese dapat dipasang. Satu kesalahan saja akan menyebabkan sendi lutut tak bisa bergerak dengan sempurna, bahkan kadang-kadang sendi yang dioperasi tidak bisa bergerak.
Operasi arthroplasty ini tingkat keberhasilannya tinggi, karena operasi ini didampingi oleh tim dokter yang lengkap yang terdiri dari dokter spesialis penyakit dalam, spesialis jantung, spesialis anestesi dan spesialis rehabilitasi medik. Tim ini diperlukan untuk menjaga kondisi penderita baik sebelum maupun sesudah operasi. Patut diingat, sebagian besar pasien yang menjalani operasi ini adalah pasien dengan usia lanjut.

10 Kiat Mencegah Osteoarthritis
1. Menjaga berat badan untuk mengurangi beban berlebih yang harus ditopang sendi.
2. Melakukan olahraga yang tidak banyak menggunakan persendian atau yang menyebabkan terjadinya perlukaan sendi. Contohnya berenang dan olahraga yang bisa dilakukan sambil duduk dan tiduran.
3. Aktivitas olahraga hendaknya disesuaikan dengan umur. Jangan memaksa untuk melakukan olahraga porsi berat pada usia lanjut.
4. Sebaliknya, tidak dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas gerak. Tubuh yang tidak pernah digerakkan akan mengundang osteoporosis.
5. Menghindari perlukaan pada persendian.
6. Mengkonsumsi makanan sehat.
7. Memilih dan menggunakan alas kaki yang tepat dan nyaman.
8. Lakukan relaksasi dengan berbagai teknik.
9. Hindari melakukan kebiasaan meregangkan sendi jari tangan.
10. Jika ada deformitas pada lutut, misalnya kaki berbentuk O, jangan dibiarkan.
Hal tersebut akan menyebabkan tekanan yang tidak merata pada semua permukaan tulang.
Jika jari terasa pegal, paling enak memang menarik jari-jari hingga berbunyi gemeretuk. Begitupun ketika pinggang terasa pegal, langsung memutir tubuh hingga bunyi gemeretuk. Setelah itu, pegal rasanya hilang seketika. Tetapi benarkah demikian?
Karena menurut dokter spesialis tulang (orthopedik) RS Siaga, dr Lukman Shebubakar, jari-jari atau sendi kaki yang suka mengeluarkan bunyi gemeretuk merupakan pertanda bahwa seseorang menderita pengapuran pada sendi atau osteoarhritis.
“Berbeda dengan osteoporosis yang berarti pengapuran pada tulang, maka osteoarhritis adalah pengapuran pada sendi,” kata dr Lukman Shebubakar dalam sebuah seminar tentang osteoarhritis, di Jakarta, belum lama ini.
Dijelaskan, tubuh manusia terdiri atas 206 tulang dan 230 sendi. Osteoartritis adalah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai dengan adanya kemunduran pada tulang rawan sendi dan tulang di dekatnya, yang bisa menyebabkan nyeri sendi dan kekakuan.
“Pengapuran sendi pasti akan dirasakan setiap orang, terutama oleh orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Akan tetapi, hal itu dapat terjadi lebih dini,” ujarnya.
Osteoarhritis bisa dialami orang dewasa yang pernah mengalami kecelakaan, infeksi pada sendi, atau bisa juga pada bayi yang mengalami kelainan bawaan.
“Osteoarhritis bisa terjadi hampir pada semua sendi. Biasanya terjadi pada sendi yang biasa menahan beban berat dan juga pada sendi yang sering digunakan, misalnya lutut, pinggul, punggung atau tulang belakang, tangan, dan kaki,” tuturnya.
Gejala yang ditimbulkan dari osteoarhritis datang secara bertahap. Biasanya diawali dari satu sendi, adanya nyeri sendi, kesulitan naik dan turun tangga, sulit berdiri setelah lama duduk atau jongkok.
Orang-orang yang rentan dan berisiko tinggi terkena penyakit itu adalah orang yang pekerjaannya menimbulkan penekanan berulang pada sendi. “Penyakit yang timbul jika terjadi pengapuran pada sendi bisa sampai mengakibatkan berubahnya bentuk sendi,” ucapnya.
Mengapa terjadi pengapuran?
Dr Lukman menjelaskan, sendi lutut merupakan sendi dengan beban kerja yang cukup berat. Saat berdiri tegak, sendi itu dalam posisi mengunci agar posisi tubuh stabil. Sedangkan saat berjalan, sendi ini berperan laiknya engsel, sehingga gerakan kaki menjadi fleksibel.
“Saat kita berlari, atau berolahraga, sendi harus dapat menahan beban putaran dan daya saat kaki menekuk, melompat atau saat berlari. Hal itu menunjukkan bahwa sendi lutut memegang peranan penting dalam setiap posisi atau gerakan tubuh,” katanya.
Dijelaskan, dalam sendi lutut, terdapat tiga komponen tulang. Ujung tulang paha (femur), tulang tungkai bawah (tibia) dan tulang lutut (patella). Pada bagian ujung dari tulang, terdapat komponen yang disebut dengan tulang rawan.
Tulang rawan berperan melapisi ujung tulang di persendian. Dengan adanya tulang rawan, ketiga tulang tersebut bertemu, namun tidak terjadi gesekan, dan gerakan sendi menjadi mulus.
“Sesuai perjalanan usia, pada orang tua akan terjadi kerusakan pada tulang rawan (kartilago) sendi. Selain faktor usia, ada juga faktor lain yang dapat mempercepat proses kerusakan. Misalnya saja infeksi, trauma, aktivitas yang tinggi atau berat badan berlebih,” katanya.
Jika terjadi kerusakan, maka tulang rawan menjadi tipis dan permukaannya tidak rata. Akibatnya terjadi gesekan diantara tulang, menimbulkan nyeri. Selain itu pengapuran sendi lutut, juga dapat disebabkan oleh bentuk sendi yang tidak normal.
Ia menyebutkan tindakan menekuk keluar (valgus), atau menekuk ke dalam (varus). Kondisi ini mengakibatkan beban tubuh tidak lagi berada pada tempat yang ideal, melainkan bergeser ke arah luar atau ke dalam. Bagian yang mengalami beban berat akan lebih cepat mengalami pengapuran dibanding bagian yang tidak mendapat beban.
Kerusakan pada tulang rawan mengakibatkan gerakan tidak lagi mulus. Ujung-ujung tulang bertemu dan bergesekan satu sama lain. Kerusakan tulang rawan merangsang pertumbuhan tulang baru di dalam sendi, dikenal dengan osteofit. Dengan adanya osteofit, nyeri bertambah parah, dan tentu saja aktivitas terganggu.
Perlu diketahui bahwa selama ini ada di kalangan kalangan awam yang salah mengartikan pengapuran dengan osteoporosis. Osteoporosis merupakan pengeroposan tulang, sedangkan osteartritis adalah kerusakan pada tulang rawan sendi (kartilago).
Untuk menentukan ada tidaknya pengapuran pada sendi, selain melakukan pemeriksaan fisik, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang. Misalnya saja melakukan foto rontgen. Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui kondisi sendi lutut dan memperkirakan derajat kerusakan.
Jika dicurigai adanya masalah pada jaringan lunak, semisal pada ligamen (urat) atau pada tendon di daerah sendi lutut, maka akan dilakukan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Pemeriksaan itu dapat menemukan adannya robekan, atau penyakit lain, pada jaringan lunak di daerah lutut semisal otot, tendon atau ligamen. Penyebab kerusakan beragam diantaranya trauma atau infeksi.
Tentang pengobatan, dr Lukman menyebutkan ada beberapa lini terapi yang digunakan untuk mengatasi pengapuran pada sendi lutut. Tahap awal biasanya diberikan obat penghilang rasa nyeri. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS), seminal asam mefenamat,ibuprofen, piroksikam dapat digunakan.
“Efek samping obat jenis ini, terjadi gangguan lambung. Selain itu minum, dapat diberikan anti nyeri yang dioleskan langsung ke kulit. Berbentuk jel atau spray disemprotkan langsung di daerah kulit sekitar lutut,” katanya.
Jenis AINS yang terbaru dikenal dengan COX-2 inhibitor. Efek samping obat ini terhadap saluran cerna lebih kecil disbanding dengan obat AINS biasa. Belakangan diketahui bahwa obat ini menimbulkan risiko jantung dan stroke. Sehingga penggunaanya pada penderita yang memiliki serangan jantung atau stroke perlu diwaspadai.
Jika pengobatan kurang mendapatkan hasil, dianjurkan bagi penderita untuk melakukan fisioterapi. Latihan dapat dilakukan dengan bantuan ahli fisioterapi,untuk mendapatkan gerak yang normal pada lutut, dan menghilangkan nyeri. Latihan yang dapat meningkatkan kemampuan otot di sekitar lutut, sehingga lebih stabil dan posisi tubuh seimbang.
Terapi lain adalah dengan menyuntikan langsung obat ke sendi lutut untuk menghilangkan rasa nyeri. Efek terapi dapat bertahan hingga beberapa bulan. Dokter akan mempertimbangkan masak-masak sebelum melakukan tindakan ini, karena jika terlalu sering malah mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendi.
Operasi yang dilakukan bisa melalui operasi arthroscopy, osteotomy, arthtoplasty, dan arthrodesis. “Selain operasi, terdapat cara penyembuhan lain yaitu dengan fisioterapi, atau program latihan lain. Selain itu dukungan psikososial sangat perlu, bahkan dengan cara yang sederhana, yaitu dengan cara mengonsumsi vitamin glukosomin, atau dengan olahraga yang tepat,” ujarnya.
Ditambahkan, selain itu pentingnya seseorang mempertimbangkan kegiatan dengan kekuatan sendi yang sesuai dengan umur.
“Untuk orang yang mengalami obesitas atau kegemukan, maka makanan yang dikonsumsi harus dijaga karena orang yang obesitas cenderung terkena penyakit ini,” terangnya.

Sendi Berbunyi

Selamat malam dok,
nama saya khrisna, umur 22 tahun. saya mempunyai keluhan-keluhan kesehatan sebagai berikut :
1. Sendi-sendi saya pada berbunyi jika saya melakukan gerakan agak berat (sendi kaki, lutut, pinggul, pergelangan tangan, siku, pundak) kesannya seperti keropos.
2. saya memiliki berat badan 45 kg dengan tinggi badan 170. saya sudah berusaha mengkonsumsi makanan bergizi untuk menambah berat badan saya. tetapi tidak bisa, tubuh seperti tidak bisa menyerap zat-zat makanan.
3. Saya mudah sekali mengantuk.
4. Bila saya minum air, sebentar kemudian saya kepingin buang air kecil.
5. Bagian bawah perut saya kadang-kadang keras dan sakit.
6. Pinggang kadang-kadang pegal.
Demikian dok keluhan saya, sudah sekitar 1 tahun ini. kira-kira penyakit apa itu ya dok? atas dijawabnya pertanyaan ini saya mengucapkan banyak terima kasih.
Jawaban:
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan saudara Krisna satu-persatu:
1. Bunyi-bunyi pada sendi bisa merupakan hal yang normal atau bisa juga merupakan sebuah patologis (penyakit/kelainan). Keadaan patologis biasanya disertai nyeri ketika digerakkan. Namun dapat juga tanpa disertai nyeri. Pada keadaan normal, hal ini dapat terjadi karena produksi cairan sendi yang kurang. Tiap orang berbeda dalam memproduksi jumlah cairan sendinya. Apabila hal tersebut sangat mengganggu, saudara dapat berkonsultasi lebih lanjut dengan Dokter Bedah Orthopaedi (Dokter Bedah Tulang).
2. Berat Badan (BB) yang kurang dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti pola makan yang kurang benar (makan kurang dari 3 kali sehari), asupan gizi yang tidak cukup, tidak cukup air, dll. Berat badan yang kurang juga bisa disebabkan keturunan, dalam arti bakat anda memang berpostur kurus. Selain itu, menderita suatu penyakit tertentu dapat menyebabkan pertumbuhan BB terhambat. Sebaiknya coba berkonsultasi dengan dokter saudara.
3. Suplai oksigen yang kurang ke otak membuat kita merasa mengantuk. Hal ini dapat disebabkan karena:
- kadar O2 di sekitar kita yang kurang
- zat pembawa O2 (Hemoglobin) dalam darah yang kurang atau
- tekanan darah yang kurang sehingga cairan darah ke otak pun kurang
Untuk meningkatkan kadar Hemoglobin disarankan untuk mengkonsumsi zat-zat pembentuk Hemoglobin seperti asam folat, B12, zat besi, dll yang banyak terdapat dalam sayuran berwarna hijau dan hati. Sementara tekanan darah yang kurang dapat diatasi dengan banyak minum, olah raga teratur seperti aerobik 30 menit sebanyak 3 x seminggu.
Orang yang cacingan pun mudah mengantuk karena zat-zat gizi untuk pembentukan Hemoglobin diserap oleh cacing. Rasa kantuk juga dapat disebabkan oleh rasa bosan. Bila memang hal ini yang terjadi pada saudara, cobalah untuk melakukan hal-hal baru dan menyenangkan.
4. Ingin buang air kecil setelah minum adalah hal yang wajar bagi orang-orang yang jarang minum, karena kondisi tubuh sudah terbiasa dalam keadaan kurang cairan. Hal ini akan hilang dengan sendirinya bila kita mengkonsumsi cukup air putih 2 liter/hari diluar air teh, sirup, kopi, susu dll selama + 1 bulan secara rutin.
5. Nyeri pada perut dapat disebabkan oleh kelainan pada organ-organ disekitarnya seperti usus, salurang kencing, otot jaringan lunak dan organ reproduksi pada wanita. Sayangnya saudara kurang memberi informasi dimana tepatnya lokasi sakit, seberapa sering rasa sakitnya muncul dan sudah berapa lama.
Namun biasanya, nyeri yang hilang dan timbul pada bagian perut disebabkan oleh beberapa hal seperti radang usus buntu kronik atau terdapat batu di saluran kencing. Untuk memastikan penyebabnya, sebaiknya konsultasikanlah hal ini dengan dokter.
6. Pinggang yang pegal dapat disebabkan dari ototnya karena sering kerja mengangkat benda-benda yang berat dengan cara yang salah, kurang olah raga, dll.
Demikianlah jawaban saya, semoga bermanfaat dan terima kasih atas pertanyaannya.
Waspadai Pengapuran pada Sendi
Label:
pengapuran, sendi. Dibaca: 91065 kali. Facebook Share: 121.Twitter Share: 28. Rating: ♥♥♥

Informasi DechaCare.com

Jika jari terasa pegal, paling enak memang menarik jari-jari hingga berbunyi gemeretuk. Begitupun ketika pinggang terasa pegal, langsung memutir tubuh hingga bunyi gemeretuk. Setelah itu, pegal rasanya hilang seketika. Tetapi benarkah demikian?
Karena menurut dokter spesialis tulang (orthopedik) RS Siaga, dr Lukman Shebubakar, jari-jari atau sendi kaki yang suka mengeluarkan bunyi gemeretuk merupakan pertanda bahwa seseorang menderita pengapuran pada sendi atau osteoarhritis.
"Berbeda dengan osteoporosis yang berarti pengapuran pada tulang, maka osteoarhritis adalah pengapuran pada sendi," kata dr Lukman Shebubakar dalam sebuah seminar tentang osteoarhritis, di Jakarta, belum lama ini.
Dijelaskan, tubuh manusia terdiri atas 206 tulang dan 230 sendi. Osteoartritis adalah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai dengan adanya kemunduran pada tulang rawan sendi dan tulang di dekatnya, yang bisa menyebabkan nyeri sendi dan kekakuan.
"Pengapuran sendi pasti akan dirasakan setiap orang, terutama oleh orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Akan tetapi, hal itu dapat terjadi lebih dini," ujarnya.
Osteoarhritis bisa dialami orang dewasa yang pernah mengalami kecelakaan, infeksi pada sendi, atau bisa juga pada bayi yang mengalami kelainan bawaan.
"Osteoarhritis bisa terjadi hampir pada semua sendi. Biasanya terjadi pada sendi yang biasa menahan beban berat dan juga pada sendi yang sering digunakan, misalnya lutut, pinggul, punggung atau tulang belakang, tangan, dan kaki," tuturnya.
Gejala yang ditimbulkan dari osteoarhritis datang secara bertahap. Biasanya diawali dari satu sendi, adanya nyeri sendi, kesulitan naik dan turun tangga, sulit berdiri setelah lama duduk atau jongkok.
Orang-orang yang rentan dan berisiko tinggi terkena penyakit itu adalah orang yang pekerjaannya menimbulkan penekanan berulang pada sendi. "Penyakit yang timbul jika terjadi pengapuran pada sendi bisa sampai mengakibatkan berubahnya bentuk sendi," ucapnya.
Mengapa terjadi pengapuran?
Dr Lukman menjelaskan, sendi lutut merupakan sendi dengan beban kerja yang cukup berat. Saat berdiri tegak, sendi itu dalam posisi mengunci agar posisi tubuh stabil. Sedangkan saat berjalan, sendi ini berperan laiknya engsel, sehingga gerakan kaki menjadi fleksibel.
"Saat kita berlari, atau berolahraga, sendi harus dapat menahan beban putaran dan daya saat kaki menekuk, melompat atau saat berlari. Hal itu menunjukkan bahwa sendi lutut memegang peranan penting dalam setiap posisi atau gerakan tubuh," katanya.
Dijelaskan, dalam sendi lutut, terdapat tiga komponen tulang. Ujung tulang paha (femur), tulang tungkai bawah (tibia) dan tulang lutut (patella). Pada bagian ujung dari tulang, terdapat komponen yang disebut dengan tulang rawan.
Tulang rawan berperan melapisi ujung tulang di persendian. Dengan adanya tulang rawan, ketiga tulang tersebut bertemu, namun tidak terjadi gesekan, dan gerakan sendi menjadi mulus.
"Sesuai perjalanan usia, pada orang tua akan terjadi kerusakan pada tulang rawan (kartilago) sendi. Selain faktor usia, ada juga faktor lain yang dapat mempercepat proses kerusakan. Misalnya saja infeksi, trauma, aktivitas yang tinggi atau berat badan berlebih," katanya.
Jika terjadi kerusakan, maka tulang rawan menjadi tipis dan permukaannya tidak rata. Akibatnya terjadi gesekan diantara tulang, menimbulkan nyeri. Selain itu pengapuran sendi lutut, juga dapat disebabkan oleh bentuk sendi yang tidak normal.
Ia menyebutkan tindakan menekuk keluar (valgus), atau menekuk ke dalam (varus). Kondisi ini mengakibatkan beban tubuh tidak lagi berada pada tempat yang ideal, melainkan bergeser ke arah luar atau ke dalam. Bagian yang mengalami beban berat akan lebih cepat mengalami pengapuran dibanding bagian yang tidak mendapat beban.
Kerusakan pada tulang rawan mengakibatkan gerakan tidak lagi mulus. Ujung-ujung tulang bertemu dan bergesekan satu sama lain. Kerusakan tulang rawan merangsang pertumbuhan tulang baru di dalam sendi, dikenal dengan osteofit. Dengan adanya osteofit, nyeri bertambah parah, dan tentu saja aktivitas terganggu.
Perlu diketahui bahwa selama ini ada di kalangan kalangan awam yang salah mengartikan pengapuran dengan osteoporosis. Osteoporosis merupakan pengeroposan tulang, sedangkan osteartritis adalah kerusakan pada tulang rawan sendi (kartilago).
Untuk menentukan ada tidaknya pengapuran pada sendi, selain melakukan pemeriksaan fisik, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang. Misalnya saja melakukan foto rontgen. Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui kondisi sendi lutut dan memperkirakan derajat kerusakan.
Jika dicurigai adanya masalah pada jaringan lunak, semisal pada ligamen (urat) atau pada tendon di daerah sendi lutut, maka akan dilakukan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Pemeriksaan itu dapat menemukan adannya robekan, atau penyakit lain, pada jaringan lunak di daerah lutut semisal otot, tendon atau ligamen. Penyebab kerusakan beragam diantaranya trauma atau infeksi.
Tentang pengobatan, dr Lukman menyebutkan ada beberapa lini terapi yang digunakan untuk mengatasi pengapuran pada sendi lutut. Tahap awal biasanya diberikan obat penghilang rasa nyeri. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS), seminal asam mefenamat,ibuprofen, piroksikam dapat digunakan.
"Efek samping obat jenis ini, terjadi gangguan lambung. Selain itu minum, dapat diberikan anti nyeri yang dioleskan langsung ke kulit. Berbentuk jel atau spray disemprotkan langsung di daerah kulit sekitar lutut," katanya.
Jenis AINS yang terbaru dikenal dengan COX-2 inhibitor. Efek samping obat ini terhadap saluran cerna lebih kecil disbanding dengan obat AINS biasa. Belakangan diketahui bahwa obat ini menimbulkan risiko jantung dan stroke. Sehingga penggunaanya pada penderita yang memiliki serangan jantung atau stroke perlu diwaspadai.
Jika pengobatan kurang mendapatkan hasil, dianjurkan bagi penderita untuk melakukan fisioterapi. Latihan dapat dilakukan dengan bantuan ahli fisioterapi,untuk mendapatkan gerak yang normal pada lutut, dan menghilangkan nyeri. Latihan yang dapat meningkatkan kemampuan otot di sekitar lutut, sehingga lebih stabil dan posisi tubuh seimbang.
Terapi lain adalah dengan menyuntikan langsung obat ke sendi lutut untuk menghilangkan rasa nyeri. Efek terapi dapat bertahan hingga beberapa bulan. Dokter akan mempertimbangkan masak-masak sebelum melakukan tindakan ini, karena jika terlalu sering malah mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendi.
Operasi yang dilakukan bisa melalui operasi arthroscopy, osteotomy, arthtoplasty, dan arthrodesis. "Selain operasi, terdapat cara penyembuhan lain yaitu dengan fisioterapi, atau program latihan lain. Selain itu dukungan psikososial sangat perlu, bahkan dengan cara yang sederhana, yaitu dengan cara mengonsumsi vitamin glukosomin, atau dengan olahraga yang tepat," ujarnya.
Ditambahkan, selain itu pentingnya seseorang mempertimbangkan kegiatan dengan kekuatan sendi yang sesuai dengan umur.
"Untuk orang yang mengalami obesitas atau kegemukan, maka makanan yang dikonsumsi harus dijaga karena orang yang obesitas cenderung terkena penyakit ini," terangnya

Obat Tradisonal Nyeri Sendi

Obat Tradisional Nyeri Sendi-Kini telah hadir Produk Obat Tradisional Jelly Gamat Luxor sebagai solusi ampuh untuk menyembuhkan penyakit nyeri sendi. Obat Tradisional Nyeri Sendi Terbuat dari bahan alami Teripang ( Sea Cucumber )  tanpa tambahan bahan kimia, efektif dalam menyembuhkan tanpa  menimbulkan  dampak buruk terhadap kesehatan. Berikut sajian informasi mengenai penyakit nyeri sendi.
Apa Yang Dimaksud Dengan Penyakit Nyeri Sendi
Sebagian besar masyarakat memiliki anggapan yang keliru, bahwa penyakit nyeri sendi diakibatkan oleh penyakit asam urat atau reumatik. Kekeliruan lain yang sering terjadi adalah penyakit nyeri sendi juga diakibatkan oleh penyakit kolesterol, osteoporosis, dan bahkan flu tulang.
Penyakit Asam Urat atau Reumatik memang dapat menyebbkan penyakit nyeri sendi, akan tetapi tidak semua penyakit nyeri sendi diakibatkan oleh asam urat dan reumatik. Dengan kata lain, penyakit nyeri sendi yang diderita masyarakat tidak selalu disebabkan oleh asam urat dan reumatik, tetapi bisa ajuga disebabkan oleh penyakit lain.
Penyebab utama nyeri sendi pada usia di atas 45 tahun, khususnya lutut dan pinggul, adalah pengapuran sendi. Pada usia di bawah 45 tahun, penyebab utama nyeri sendi adalah peradangan otot akibat aktivitas fisik yang berlebihan atau karena cidera olah raga.
Pengapuran sendi atau osteoartritis adalah suatu penyakit di mana tulang rawan sendi menipis. Tulang rawan berfungsi melapisi ujung tulang pembentuk sendi, sehingga sendi dapat bergerak bebas tanpa rasa nyeri.
Fungsi tulang rawan sendi dapat diibaratkan seperti fungsi ban yang melapisi velg kendaraan sehingga mobil dapat bergerak bebas tanpa hambatan. Sama seperti ban mobil yang akan menipis karena aus akibat bergesekan dengan jalan, demikian juga tulang rawan sendi akan aus dan menipis karena saling bergesekan setiap kali sendi bergerak.
Jika tulang rawan sendi rusak dan menipis, ujung tulang pembentuk sendi akan saling bertemu dan bergesekan langsung tanpa pelapis tulang rawan, sehingga menimbulkan nyeri sendi.
Penyebab Penyakit  Nyeri Sendi
Penyebab penipisan tulang rawan pada pengapuran sendi tidak diketahui secara pasti dan dianggap sebagai bagian dari proses penuaan. Setiap orang akan mengalami pengapuran sendi dengan derajad yang berbeda-beda.
Selain sebagai bagian dari proses penuaan, pengapuran sendi dipandang sebagai akibat dari beberapa faktor resiko sebagai berikut: (1) wanita berusia lebih dari 45 tahun; (2) kelebihan berat badan; (3) aktifitas fisik yang berlebihan, seperti para olah-ragawan dan pekerja kasar; (4) menderita kelemahan otot paha; atau (5) pernah mengalami patah tulang di sekitar sendi yang tidak mendapatkan perawatan yang tepat.
Gejala-Gejala Nyeri Sendi
Gejala pengapuran sendi stadium dini biasanya berupa nyeri dan kekakuan sendi setelah lama tidak bergerak, seperti setelah bangun tidur atau setelah duduk dalam waktu lama. Sendi lutut juga terasa sakit jika digunakan untuk berjalan, naik-turun tangga, atau berjongkok. Sering terdengar bunyi “krek-krek” pada saat sendi lutut digerakkan.
Pada stadium lanjut, selain rasa sakit yang semakin hebat, sendi lutut menjadi bengkok seperti huruf O atau huruf X.
Pada foto Rontgen, celah sendi lutut yang mengalami pengapuran sendi tampak lebih sempit dibanding celah sendi yang normal.
Derajad penyempitan celah sendi pada foto Rontgen inilah yang digunakan untuk menentukan berat ringannya (stadium) pengapuran sendi. Ada 4 stadium pengapuran sendi, yaitu stadium 1 dan 2 dikategorikan sebagai pengapuran sendi ringan, sedangkan stadium 3 dan 4 sebagai pengapuran sendi berat.
Pada stadium 1, celah sendi masih normal lebar, tetapi ada rasa nyeri pada sendi lutut. Celah sendi pada stadium 2 lebih sempit dibanding normal. Sementara pada stadium 3, celah sendi sangat sempit dan pada stadium 4, celah sendi menutup; keadaan ini disebabkan karena lapisan tulang rawan yang melapisi ujung tulang dan “mengisi” celah sendi telah hilang sama sekali.(sumber : http://www.pantirapih.or.id )
Pengobatan Tradisional Penyakit Nyeri Sendi dengan Menggunakan Obat Tradisional Nyeri Sendi Jelly Gamat Luxor
Efektif Menyembuhkan Tanpa Menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan tubuh.
Di pulau langkawi, malaysia, teripang sohor sebagai obat nyeri sendi akibat asam urat. Kepada trubus, ahli nutrisi Walter Kee Mun Yee alumnus Wisconsin University mengatakan teripang mengandung kondroitin sulfat dan glukosamin.
Kondroitin sulfat berperan memulihkan penyakit sendi, sedangkan glukosaminoglycan merupakan zat antithrombogenik pelancar peredaran darah yang menggumpal pada penderita asam urat, jumlah glukosamin dan kondroitin sedikit.
Riset Dr. Mittchell Kurk dari Pusat Revitalisasi Biomedis, New York, Amerika Serikat, Menunjukkan teripang berkhasiat meningkatkan kesehatan fisik bagi 70% penderita radang sendi akibat asam urat. ini akibat glukosamin merangsang tubuh mensekresikan cairan sinovial untuk lubrikasi persendian.
Menurut dr. Zen Djaja MD, dokter di Malang, Jawa Timur, Satwa anggota famili Holothuriidae itu mengandung asam lemak 12-MTA alias metthyltetradecanoic acid. Asam itu ampuh menghadang enzim 5-lox atau populer lipoksigenase, enzim yang mengoksidasi lemak tak jenuh menjadi peroksida. menurut dokter alumnus Universitas Katolik Atmajaya itu kolagen dalam teripang mengaktifkan enzim urikase sehingga lebih aktif memecah asam urat menjadi allantoin. dengan demikian asam urat tidak menumpuk dan menimbulkan radang sendi.
Kini anda tak perlu khawatir, dengan mengkonsumsi Obat Tradisional Nyeri Sendi , maka penyakit nyeri sendi yang anda derita akan berangsur membaik dan akhirnya kesembuhan menjadi kenyataan.Untuk Pemesanan Obat Tradisional Penyembuh Penyakit Nyeri Sendi, klik pada gambar berikut ini :
Demikianlah sajian informasi mengenai Obat Tradisional Nyeri Sendi. Semoga bermanfaat bagi anda yang saat ini mengalami keluhan penyakit nyeri sendi dan menjadi jalan penyembuh untuk meringankan penderitaan anda. Sayangi diri anda sebelum terlambat, karena sembuh dan sehat adalah sebuah nikmat yang paling mahal harganya, Pesan Obat Tradisional Nyeri Sendi sekarang juga. tas kunjungan dan respon terbaiknya, kami ucapkan terima kasih.

Bunyi Dengkul untuk Mendeteksi Sakit Sendi

Nyeri sendi (osteoarthritis) bisa sangat mengganggu aktivitas dan menurunkan kinerja karena jika sudah terkena akan susah disembuhkan. Kini peneliti bisa mendeteksi apakah seseorang punya risiko nyeri sendi dengan tes bunyi dengkul.
Osteoarthritis terjadi ketika tulang rawan di sendi 'melorot' dan dapat mempengaruhi setiap sendi di tubuh. Kelainan sendi ini paling sering mempengaruhi tangan, pinggul, lutut, punggung dan leher.
Ketika osteoartritis terjadi di lutut, tulang rawan yang menutupi ujung tulang sendi lutut rusak. Hal ini dapat semakin memburuk, jika tulang rawan tidak ada maka tulang bergesekan langsung dengan tulang, yang pada akhirnya menyebabkan nyeri yang luar biasa bagi pasien.
Saat ini, tidak ada obat untuk kondisi osteoartritis, tetapi ada beberapa untuk mencegahnya seperti penurunan berat badan atau olahraga ringan yang dapat mencegah kekakuan. Dalam kasus ekstrim, operasi dapat dipertimbangkan sebagai solusi.
Baru-baru ini peneliti meluncurkan perangkat prototipe yang bisa mendeteksi nyeri sendi di lutut alias osteoarthritis secara dini.
Peneliti di Universities of Lancaster dan Central Lancashire mengembangkan perangkat akustik untuk memindai bunyi di dengkul yang dapat menunjukkan kemerosotan pada sendi lutut secara dini.
"Pada dasarnya kami telah menemukan suatu cara untuk mengukur suara dari sendi berdasarkan gerakan repetitif sederhana, yaitu duduk dan berdiri," tutur Profesor John Goodacre dari Universitas Lancaster, seperti dilansir dari BBCNews, Minggu (18/7/2010).

Peneliti menemukan dengan alat prototipe ini, bunyi dengkul memiliki karakteristik sendiri. Karakteristik dengkul normal dengan yang rusak akan terdeteksi dari suaranya, sayangnya tidak dijelaskan secara gamblang perbedaan suara itu.
Penciptaan alat ini terinspirasi dari industri alat-alat akustik yang digunakan untuk mendeteksi keausan. Misalnya untuk mendeteksi keausan dan kerusakan di lengan beban bantalan dermaga.
"Jika kita benar-benar dapat membuat perubahan atau jika percaya bahwa perubahan dapat terjadi bahkan sebelum gejala berkembang, maka ini akan membuka jalan untuk berbagai pendekatan," tambah Prof Goodacre.
Bila osteoartritis telah dapat dideteksi secara dini, maka setidaknya dapat dilakukan perubahan dalam pengelolaan gaya hidup, penggunaan obat pencegah atau perawatan lainnya.
Prof Goodacre berharap perangkat ini kelak dapat dikembangkan menjadi alat yang murah dan praktis, agar dapat digunakan dokter dan klinik untuk mendiagnosa dan memantau osteoarthritis.
Apakah Anda kerap merasakan sakit di lutut saat berjalan terlalu lama? Atau mungkin saat lutut digerakkan, terdengar suara tidak wajar? Jika kedua hal ini terjadi, waspadalah. Sebab, ada kemungkinan Anda terkena gangguan lutut kopong, yakni rasa sakit yang timbul di area dengkul (lutut).
Menurut ahli tulang dari RS Siloam Kebon Jeruk, Jakarta, dr Franky Hartono SpOT, penyebab lutut kopong bisa bermacam- macam. Antara lain, pengeroposan tulang (osteoporosis), pengapuran sendi (osteoarthritis), dan luka pada bagian meniskus atau ligamen lutut. "Lutut kopong dapat terjadi karena keseleo, bekerja atau berolahraga terlalu berat, dan terjatuh," ucap Franky dalam seminar awam "Pinggang Kecetit dan Lutut Kopong" di Jakarta.
Pengapuran sendi atau osteoarthritis adalah terkikisnya sendi di lutut akibat gesekan yang berlangsung terus-menerus.
Kondisi ini biasanya terjadi pada orang yang pernah cedera atau kegemukan (obesitas). Jika osteoporosis umumnya terjadi pada orang usia 50 tahun ke atas (terutama perempuan), maka osteoarthritis bisa terjadi saat usia muda. Bila tidak ditangani dengan tepat, Anda dapat mengalami osteoarthritis pada masa tua.
"Jika Anda keseleo, sebaiknya berobat ke dokter agar cedera ringan tersebut dapat ditangani secara profesional. Sayangnya, saat ini kebanyakan orang Indonesia lebih memercayai pengobatan alternatif," ucap dokter yang pernah mengenyam pendidikan kedokteran di Belgia.
Lutut kopong memang acap kali diidentikkan dengan orang yang dengkulnya "berbunyi" ketika digerakkan. Namun, gejalanya bisa lebih dari sekadar bunyi "kretek-kretek" mirip engsel pintu yang rusak. Mereka yang terkena lutut kopong biasanya juga mengeluhkan nyeri, kaku, dan rasa berat saat melangkah atau tidak kuat berjalan.
Efeknya bukan hanya menyebabkan penderitanya memiliki keterbatasan dalam bergerak, juga cepat lelah sehingga tidak kuat jongkok dan mudah terjatuh. Jika dialami orang dewasa pada usia produktif, tentunya dapat menurunkan produktivitas kerja yang bersangkutan.
Itulah sebabnya, tindakan pengobatan perlu dilakukan. Tidak hanya untuk menghilangkan keluhan, juga mencegah perburukan penyakit. Adapun proses pengobatan lutut kopong biasanya disesuaikan tingkat keparahannya. Misalnya, jika lutut terasa sakit akibat cedera ringan seperti keseleo, maka pengobatan juga relatif ringan.

"Biasanya, lutut pasien akan diteropong untuk mengetahui dampak yang diakibatkan dari keseleo tersebut. Setelah itu, baru ditentukan apakah pasien harus menggunakan brace, gips, atau cukup beristirahat saja," paparnya.
Adapun jika lutut mengalami cedera pada bagian meniskus atau tulang rawan di dalam sendi dengkul, maka langkah operasi pun harus ditempuh. Menurut Franky, operasi yang disebut key hole surgery alias "operasi lubang kunci" ini merupakan proses operasi sederhana. Dokter bedah akan membuat sayatan kecil untuk memasukkan alat semacam mikroskop dan alat untuk menjahit meniskus yang luka tersebut. Selesai operasi, tanpa perlu dirawat inap, pasien sudah diperbolehkan pulang dan dapat berjalan kembali dengan normal.
Namun, pada lanjut usia (lansia), terkadang proses pengobatan lebih sulit dilakukan tim medis. Sering kali lutut kopong yang mereka derita sudah tergolong parah dan tulang rawan hampir habis terkikis. Lewat operasi, tulang rawan yang terkikis akan digantikan tulang rawan buatan dari titanium.
Setelah proses operasi, pasien dapat bergerak bebas karena kedua tulang di lutut sudah menyatu dan dapat menyeimbangkan posisi tubuh. Untuk mencegah lutut kopong, Anda sebaiknya melakukan olahraga dengan benar dan hati-hati. "Dengan berolahraga, otot akan semakin kuat dan terkontrol sehingga mampu menopang tubuh dengan sempurna," sarannya.
Perlu diketahui juga bahwa mengonsumsi susu atau suplemen tinggi kalsium bukan merupakan langkah utama mencegah lutut kopong. Sebab, suplemen kalsium ditujukan untuk mencegah osteoporosis, bukan osteoarthritis.
"Selama ini kalau ada yang mengalami nyeri lutut sering dikaitkan dengan osteoporosis. Lalu yang bersangkutan minum susu berkalsium tinggi dalam jumlah banyak supaya sembuh. Itu salah kaprah. Kalau lutut sakit, berarti terjadi pengapuran dalam sendi," tandas dr Yanwar Hadiyanto dari RS Pondok Indah Jakarta.
Saat ini, beberapa kasus gangguan sendi dapat ditangani dengan metode minimal invasive surgery, yakni pembedahan menggunakan sayatan kecil. Adapun prosedurnya disebut arthroscopy, yang mengacu pada pemeriksaan dan pengobatan yang dilakukan ahli bedah ortopedi untuk melihat, memeriksa atau mengevaluasi dan memperbaiki kelainan di dalam sendi.
Pada arthroscopy, ahli bedah membuat sayatan sekitar 5 mm, lalu memasukan alat kecil seukuran pensil berisi lensa kamera dan lampu ke dalam sendi. Prosedur ini memberikan beberapa keuntungan, yakni pasien mengalami rasa nyeri yang minimal pascaoperasi dan periode pemulihan dalam waktu yang relatif jauh lebih cepat dibandingkan operasi dengan teknik konservatif.
Apakah Anda sering merasa nyeri atau kaku pada sendi-sendi atau tulang belakang? Sendi terasa sakit saat berjalan atau naik tangga? Gangguan pada sendi jelas menyebabkan aktivitas terganggu. Sebenarnya, apa yang menyebabkan gangguan pada sendi? Dan, adakah cara untuk mengatasinya?
Penyebab nyeri dan kaku sendi
Penyakit yang menyerang bagian sendi dikenal sebagai rematik. Penyakit ini biasanya ditandai dengan nyeri, bengkak, dan peradangan pada sendi. Penyakit rematik pun tidak asing di Indonesia. Data menunjukkan bahwa prevalensi penyakit rematik di Indonesia (2008) mencapai 23.6-31.3%1.
Salah satu yang menyebabkan gangguan pada sendi adalah kerusakan jaringan tulang rawan. Karena jaringan tulang rawan berfungsi untuk melapisi tulang dan membantu pergerakan sendi, kerusakannya menyebabkan tulang saling berbenturan saat bergerak yang menimbulkan rasa nyeri dan kekakuan sendi. Masalah nyeri dan kaku pada sendi banyak menyerang persendian leher, siku, pundak, jari atau pergelangan tangan, lutut, punggung, dan pinggul meskipun dapat juga menyerang bagian persendian lainnya. Bahayanya, gangguan ini dapat menyebabkan gangguan beraktivitas hingga perubahan bentuk sendi dan tulang apabila tidak diatasi.
Apa penyebab gangguan sendi?
Hal utama yang menyebabkan gangguan pada sendi belum diketahui dengan jelas. Namun, ada beberapa faktor yang diyakini berkaitan.
  • Gangguan kesehatan sendi dapat menyerang siapa saja, meskipun memang lebih banyak dialami oleh mereka yang berusia di atas 40 tahun. Meningkatnya risiko gangguan sendi seiring dengan peningkatan usia diyakini berhubungan dengan lebih tingginya tingkat penggunaan sendi, berkurangnya kekuatan otot, bertambahnya berat badan, dan berkurangnya kemampuan regenerasi sel.
  • Cedera atau operasi pada sendi bagian tertentu meningkatkan risiko gangguan pada sendi tersebut di kemudian hari.
  • Berat badan berlebih berhubungan erat dengan masalah pada sendi, terutama pada sendi lutut yang menopang beban tubuh. Risiko seseorang mengalami gangguan sendi diketahui meningkat hingga 4 kali lipat pada mereka yang kelebihan berat badan10.
  • Aktivitas fisik intesitas tinggi yang berlebihan dapat memberikan beban berlebihan pada sendi dan meningkatkan risiko cedera. Namun, aktivitas fisik dengan intensitas ringan dan sedang justru dapat memperkuat dan menjaga kesehatan sendi.
  • Rokok dapat meningkatkan peradangan di dalam tubuh sehingga meningkatkan risiko gangguan pada sendi.
  • Faktor genetik atau keturunan
Bagaimana gejala yang timbul?
  • Nyeri pada sendi
  • Kekakuan pada sendi, terutama setelah diam pada posisi yang sama (seperti tidur atau duduk)
  • Sendi dan otot terasa lebih lemas, terutama pada sendi lutut
  • Bengkak pada sendi
  • Crepitus atau bunyi gemeratak pada sendi saat bergerak
  • Gangguan dalam beraktivitas, terutama aktivitas yang melibatkan gerakan sendi:
    • Berjalan dan turun-naik tangga
    • Bangun dari kursi atau tempat tidur
    • Membungkuk
  • Perubahan bentuk sendi sehingga tampak menonjol, biasa terjadi jika gejala sudah parah
Atasi dengan tepat sebelum terlambat
Walaupun tidak dapat disembuhkan, gangguan sendi tetap harus ditangani dengan tepat untuk membantu mengatasi rasa nyeri, memperbaiki kemampuan bergerak dan beraktivitas, serta mencegah kondisi menjadi memburuk.
  • Suplemen Glucosamine dan Chondroitine yang merupakan senyawa yang secara alami terdapat pada tubuh, terutama pada jaringan penghubung dan jaringan tulang rawan. Telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa suplementasi chondroitin dan glucosamine dapat membantu mengurangi nyeri sendi serta mencegah kerusakan persendian pada penderita osteoarthritis. Hal ini berkaitan dengan peran mereka sebagai komponen penyusun tulang rawan dan minyak synovial. Pembentukan tulang rawan serta minyak synovial berperan penting dalam mencegah gesekan antar tulang yang mengakibatkan nyeri sendi2,3,4.
  • Terapi fisik dan olahraga bermanfaat untuk memperkuat otot, meningkatkan fleksibilitas sendi, dan sebagai latihan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Pilihlah jenis olahraga dengan intensitas ringan dan sedang untuk menghindari cedera, dan konsultasikan dulu dengan dokter Anda.
  • Pola hidup sehat dengan asupan nutrisi yang seimbang serta menghindari rokok.
  • Lindungi sendi dari beban berlebih dan cedera dengan cara:
    • Penggunaan alas kaki yang tepat dan nyaman. Gunakan alas kaki dengan ukuran yang tepat dan batasi penggunaan alas kaki berhak tinggi
    • Batasi aktivitas fisik intensitas tinggi
    • Berhati-hati saat beraktivitas agar terhindar dari cedera
    • Istirahat yang cukup
    • Gunakan alat bantu saat beraktivitas jika dibutuhkan
References:
  1. Zeng QY (2008) melalui www.kompas.com
  2. Glucosamine and Chondroitin for Osteoarthritis. The Journal of International Medical Research 2008. 36: 1161-1179.
  3. Glucosamine, Chondroitin Sulfate, and the Two in Combination for Painful Knee Osteoarthritis. N Engl J Med 2006. 354:795-808.
  4. Chondroitin Sulfate and Joint Disease. Osteoarthritis and Cartilage 1998. 6: 3-5.
  5. Arthrtitis Care
  6. Arthritis Foundation
  7. Arthritis Reserach Campaign
  8. World Health Organization
  9. Arthrtis Foundation of Malaysia
The Association of Body Mass Index and Osteoarthritis of the Knee Joint. Arthritis & Rheumatism Vol. 48, No. 4, April 2003, pp 1024–1029

6 komentar:

  1. Izin Copas ya kaka :)
    Bermanfaat sekali

    BalasHapus
  2. Izin Copas ya kaka :)
    Bermanfaat sekali

    BalasHapus
  3. Trims ya dok.apa obat yg bgs utk tlng bahu knn yg meradang bks pth tdk dktahui slama ini sdh l.k.5 thn( dkthui stlh br2 ini rontgen).t.k.

    BalasHapus
  4. Asallammuallaikum...anda ada masalah kesehatan sprti diabetes - fistula-strok-vartigo dll..dan sudah lama belum sembuh dan sudah capek minum obat ini itu...insyah allah saya bisa menjadi sarana kesembuhan anda dalam waktu dekat ini dengan metode pengobatan acupoin dan nutrisi food suplemen fitomarmaka untuk info lebih lanjut dan konsultasi hub 085361675232/bbm 7cb2b113.
    MAAF NO SMS
    No tipu menipu
    Haram dunia akhirat bila ada niat menipu.
    Trimakasih... Akupunturis

    BalasHapus
  5. salam doktor saya mmpoounyai tabiat mematahkan jari tngan kerana suka dgr bunyi nya. namun skrang saya sudah mula utk hentikan tbiat ini kerana sendi jari tngan saya mula besar. apakah cara untuk mengatasinya

    BalasHapus
  6. salam doktor saya mmpoounyai tabiat mematahkan jari tngan kerana suka dgr bunyi nya. namun skrang saya sudah mula utk hentikan tbiat ini kerana sendi jari tngan saya mula besar. apakah cara untuk mengatasinya

    BalasHapus