KENAPA SENDI KITA BERBUNYI “KREK!!”…
By. Rohmatuminalloh, S.Pd.I.
Siapapun anda tentu sudah pernah mengalami dan merasakan
suara klik atau gemeretak pada jari tangan, kaki ataupun persendian tubuh yang
lain. Ada kepuasan tersendiri ketika menggeliat atau kalau orang jawa bilang
“mulet” dan bagian tubuh kita yang terasa capai mengeluarkan suara gemeretak
“kretek..krek”. Suara itu bisa keluar karena diputar, di tekan, ditarik
tergantung jenis sendinya.
Sehabis di pijat juga rasanya nyaman kalau jari tangan atau
kaki kita di “jethutin / plitekin”. Tapi mungkin banyak di antara kita yang
belum mengetahui asal muasal suara unik itu. Apakah karena engsel kita yang
sudah berkarat dan butuh oli ? atau tulang keropos seperti kata iklan susu
berkalsium tinggi ? Nah mari kita selidiki hal yang menarik ini..
Yah persendian di tubuh kita ada berbagai jenis ada yang
merupakan sendi engsel seperti lutut, siku. Ada yang mampu kita putar dan
gerakkan ke banyak arah seperti tulang leher dengan sendi putarnya. Ada sendi
yang hanya mampu bergeser seperti tulang belakang kita. Ada juga sendi peluru
yang berada pada tulang bahu kita. Masing-masing mempunyai fungsi dan gerakan
tersendiri.
Sebagaimana mesin membutuhkan pelumas maka tubuh kita juga butuh “oli” alami. Tulang persendian kita mempunyai selaput sendi atau membran sinovial yang menghasilkan minyak sinovial. Cairan ini berfungsi sebagai pelumas sehingga gesekan berjalan lancar dan halus dan tidak menimbulkan rasa nyeri atau sakit . Minyak sinovial juga mengandung berbagai jenis nutrisi dan campuran gas oksigen, nitrogen, dan karbon dioksida.
Sebagaimana mesin membutuhkan pelumas maka tubuh kita juga butuh “oli” alami. Tulang persendian kita mempunyai selaput sendi atau membran sinovial yang menghasilkan minyak sinovial. Cairan ini berfungsi sebagai pelumas sehingga gesekan berjalan lancar dan halus dan tidak menimbulkan rasa nyeri atau sakit . Minyak sinovial juga mengandung berbagai jenis nutrisi dan campuran gas oksigen, nitrogen, dan karbon dioksida.
***Letusan Gas dan Pergeseran Jaringan***
Nah, saat Anda mematah-matahkan tangan, ruangan berisi
cairan di sekitar sendi akan meregang. Karena regangan itulah, gas di dalam
cairan akan dilepaskan. Letusan gas-gas itulah yang menghasilkan bunyi di
persendian. Menurut para ilmuwan, cairan sendi harus menyerap gas kembali
beberapa saat sebelum Anda dapat membuat bunyi yang sama.
Tendon dan ligamen juga penyebab timbulnya suara. Jaringan lunak di persendian ini mirip dengan karet yang mengikat otot dengan ujung-ujung tulang agar tidak lepas. Begitu pula dengan ligamen yang menghubungkan tulang dengan tulang lainnya.
Saat persendian digerakkan, kadang-kadang tendon dan ligamen lepas dari tempatnya, namun segera kembali. Misalnya, saat lutut Anda berbunyi karena berdiri dari posisi duduk.
Pada penderita arthritis, suara gemeretak sangat mudah terjadi dan rasanya sangat nyeri. Tulang belulang kehilangan jaringan tulang rawan sehingga ujung-ujung tulangnya kasar. Cairan sinovial bertambah banyak sehingga sendi terasa kaku dan sakit.
Para ilmuwan telah mempelajari apakah kebiasaan mematah-matahkan sendi dapat memicu arthritis atau merusak organ tubuh. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan tersebut dapat dilakukan kapan saja tanpa berisiko apa pun.
Tendon dan ligamen juga penyebab timbulnya suara. Jaringan lunak di persendian ini mirip dengan karet yang mengikat otot dengan ujung-ujung tulang agar tidak lepas. Begitu pula dengan ligamen yang menghubungkan tulang dengan tulang lainnya.
Saat persendian digerakkan, kadang-kadang tendon dan ligamen lepas dari tempatnya, namun segera kembali. Misalnya, saat lutut Anda berbunyi karena berdiri dari posisi duduk.
Pada penderita arthritis, suara gemeretak sangat mudah terjadi dan rasanya sangat nyeri. Tulang belulang kehilangan jaringan tulang rawan sehingga ujung-ujung tulangnya kasar. Cairan sinovial bertambah banyak sehingga sendi terasa kaku dan sakit.
Para ilmuwan telah mempelajari apakah kebiasaan mematah-matahkan sendi dapat memicu arthritis atau merusak organ tubuh. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan tersebut dapat dilakukan kapan saja tanpa berisiko apa pun.
Meskipun demikian, penelitian lainnya menunjukkan bahwa
aktivitas yang berlebihan akan merusak jaringan lembut di sekitar sendi
sehingga tangan bengkak dan sulit digerakkan. So sudahkah anda gemeretakkan
sendi anda hari ini….
Waspadai Pengapuran (Osteoarthritis)
pada Sendi :
Jika Jari-jari tangan terasa Pegal, paling enak memang
menarik Jari-jari hingga berbunyi gemeretuk. Begitupun ketika bagian Pinggang
terasa Pegal, langsung memutir tubuh hingga bunyi gemeretuk. Setelah itu, pegal
rasanya seolah-olah hilang seketika. Tetapi benarkah demikian?
Menurut Dokter Spesialis Tulang (Orthopedik) RS Siaga,
Dr. Lukman Shebubakar, Jari-jari atau Sendi Kaki yang suka
mengeluarkan bunyi gemeretuk merupakan pertanda bahwa ada kemungkinan orang
tersebut sedang menderita Pengapuran pada Sendi atau Osteoarhritis (Spur).
"Berbeda dengan Penyakit Osteoporosis yang berarti Pengapuran pada Tulang, maka Penyakit Osteoarhritis adalah Pengapuran pada Sendi," kata Dr. Lukman Shebubakar dalam sebuah seminar tentang Osteoarhritis, di Jakarta, belum lama ini. Dijelaskan, tubuh manusia terdiri atas
206 Tulang dan 230 Sendi. Osteoartritis adalah suatu Penyakit Sendi menahun yang ditandai dengan adanya kemunduran pada Tulang Rawan Sendi
dan Tulang di dekatnya, yang bisa menyebabkan Nyeri Sendi dan Kekakuan.
"Pengapuran Sendi pasti akan dirasakan setiap orang,
terutama oleh orang yang sudah berusia diatas 40 tahun. Akan tetapi, hal itu
dapat terjadi lebih dini," ujarnya.
Osteoarhritis bisa dialami orang dewasa yang pernah mengalami kecelakaan, infeksi
pada sendi, atau bisa juga pada bayi yang mengalami kelainan bawaan.
"Osteoarhritis bisa terjadi hampir pada semua sendi. Biasanya terjadi pada sendi yang
biasa menahan beban berat dan juga pada sendi yang sering digunakan, misalnya
Lutut, Pinggul, Punggung atau Tulang Belakang, Tangan, dan Kaki,"
tuturnya.
Gejala yang ditimbulkan dari Osteoarthritis datang secara bertahap. Biasanya diawali dari Satu Sendi, adanya Nyeri
Sendi, Kesulitan Naik dan Turun Tangga, Sulit Berdiri setelah lama Duduk atau
Jongkok.
Orang-orang yang rentan dan berisiko tinggi terkena Penyakit Pengapuran adalah orang yang pekerjaannya menimbulkan penekanan berulang pada
sendi. "Penyakit yang timbul jika terjadi Pengapuran pada Sendi bisa sampai mengakibatkan Berubahnya Bentuk Sendi,"
ucapnya. Rawan sendi :
Osteoartritis dimulai dari Kerusakan Tulang Rawan Sendi yang antara lain diikuti
Pertumbuhan Osteofit, Penebalan Tulang Subkondral, dan Kerusakan Ligamen.
Pengapuran ini umumnya menyerang Sendi Penopang Tubuh, seperti Sendi Lutut,
Panggul, dan Sendi Jari Tangan. Jika tidak segera diobati, Penyakit ini bisa
menimbulkan kerusakan seluruh Organ Sendi hingga Cacat.
Penderita Osteoartritis mengalami Gejala Klinis antara lain, Nyeri Sendi, Kaku Sendi, Bengkak
Sendi, dan Tulang Berderik. Nyeri Sendi merupakan keluhan awal pasien dan akan
muncul setelah Sendi yang terserang digunakan. Gangguan ini bertambah berat
jika Sendi digunakan berlebihan dan akan berkurang bila diistirahatkan. ”Jika
bertambah parah, Nyeri Sendi juga muncul saat beristirahat,” katanya.
”Pengapuran Sendi paling banyak didapatkan pada Tulang
Belakang, Lutut, Tangan, dan Kaki, serta Otot sekitar Sendi. Karena Rawan Sendi
Aneural, maka Nyeri Sendi pada Osteoartritis berasal dari Struktur di luar Rawan Sendi,”
ujar Yoga. Makin bertambah usia, Prevalensi Penderita Pengapuran Sendi ini makin meningkat. Sejauh ini Penyakit tersebut tidak pernah
ditemukan pada anak dan jarang terjadi pada orang dewasa muda.
Faktor Risiko yang menimbulkan Pengapuran Sendi antara lain, Kegemukan (Obesitas), Mobilitas Tinggi, Densitas Massa
Tulang, Hormonal dan Penyakit Rematik Kronik lainnya. Pada sejumlah penelitian
terhadap Lansia ditemukan, perempuan lebih sering terserang Osteoartritis pada Lutut, Tangan dan Kaki jika dibandingkan dengan pria. Sementara
pria cenderung mengalami Pengapuran Sendi pada Panggul.
”Selain faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi seperti
hormonal dan usia, trauma dan Pemakaian Sendi Berlebihan juga meningkatkan
Risiko Terserang Pengapuran Tulang pada Sendi,” kata Yoga.
Peranan beban mekanik berlebih pada Sendi Lutut dan
Panggul akan menimbulkan Kerusakan Tulang Rawan Sendi, Kegagalan Ligamen dan
Struktur lain untuk menopang badan.
Maka dari itu, Pencegahan Osteoartritis sebaiknya dimulai
sejak dini dengan mengenali Faktor Risiko Penyakit itu dan berlatih fisik
secara teratur, seperti Bersepeda, Berenang, dan Senam Rematik untuk menguatkan
Otot Quadriceps, dan menghindari penggunaan Sendi Berlebihan.
Hanya mengisi 10% bagian tubuh, tulang justru
menyangga dan menjadi tumpuan bagi 90% kehidupan manusia. Tumpuan yang lebih
berat lagi terletak pada sendi tulang.
Sebagai wanita
karier dan single
mother, Tuti harus banyak bergerak. Setiap hari, wanita berusia 42
tahun ini bangun pada dini hari untuk menyiapkan segala keperluan sekolah kedua
putranya.
Di kantor,
Tuti juga tak bisa ‘diam’. Pekerja media ini dituntut untuk memiliki mobilitas
tinggi agar bisa menemui klien diberbagai tempat. Tak jarang, ia baru ada di
rumah lepas dari pukul sembilan malam.
Namun, dua
bulan belakangan ini Tuti mulai mengeluh. Rasa nyeri dan kaku pada kaki
kanannya memaksa ia lebih banyak berdiam diri. “Sakit kalau ditekuk lama atau
melakukan aktivitas berlebih seperti aerobik,” ujarnya.
Hasil
pemeriksaan X rays dan terapi pengobatan atas anjuran dokter tak banyak
mengatasi rasa sakit itu. “Memang ada obat penghilang nyeri, tapi masih sering
kumat juga,” imbuhnya.
Rasa sakit
serupa diutarakan Made. Pria berusia 38 tahun ini pernah jatuh hingga mengalami
rusak pada tiga ruas bantalan tulang pinggangnya. Walau sudah menjalani
sejumlah terapi, sejak itu, Made mengaku hampir tak pernah lepas dari rasa kaku
pada sendi di samping pada kedua lutut dan tulang belakangnya.“Terutama kalau
berdiri atau duduk lama dalam satu posisi,” tegasnya.
Rasa nyeri
seperti yang dialami Made dan Tuti memang tidak serta menunjukkan gejala
penyakit yang sama. Namun, kecenderungan rasa nyeri yang mereka rasakan bisa
menjadi indikasi awal adanya sesuatu yang tak normal pada tulang sendi mereka.
”Seperti juga
kalau bangun dari berjongkok, lutut sering terasa nyeri. Atau waktu sedang
menaiki tangga. Kalau sudah seperti ini, bisa jadi memang orang itu terserang
penyakit osteoarthritis,” kata dr. Andito Wibisono, Sp.O.T.
Berbeda
dengan Osteoporosis
Osteoarthritis
memang tidak sepopuler osteoporosis. “Tapi, penyakit ini termasuk dalam
kelompok penyakit degeneratif yang banyak diderita mereka yang berusia lanjut,”
ungkap Andito, ahli bedah tulang dari Centre of Anthroplasty, Bintaro
International Hospital, Tangerang.
Literatur
menunjukkan bahwa 1 dari 6 populasi menderita penyakit yang biasa disingkat
“OA” ini. Data yang dilansir oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa
40 persen penduduk dunia yang berusia lebih dari 70 tahun akan menderita osteoarthritis
lutut. Dari jumlah tersebut, 80 persen di antaranya berdampak pada keterbatasan
gerak.
Walau gejala
dan wilayah sakit keduanya nyaris sama, OA tidak sama dengan osteoporosis.
Kedua penyakit ini sama-sama merujuk pada penyakit tulang menahun dan banyak
dijumpai pada para wanita usia diatas 50 tahun atau post menopause. ”Orang awam kerap
menyamakan OA dengan asam urat dan reumatik. Padahal, penyakit ini sebenarnya
menunjuk pada ausnya engsel pada persendian kita,” tegas Andito.
Dipaparkan
Andito, OA adalah peradangan pada sendi yang bersifat kronis dan progresif
disertai kerusakan tulang rawan sendi berupa disintegrasi atau pecah dan
perlunakan progresif permukaan sendi dengan pertumbuhan tulang rawan sendi di
tepi tulang. Kerusakan tulang rawan sendi ini secara alamiah akan
dikompensasikan oleh tubuh dengan menumpuk kalsium atau zat kapur, yang
ironisnya tidak ‘seluwes’ tulang rawan sendi sehingga menimbulkan rasa nyeri.
Karena itupula OA bisa juga disebut dengan istilah pengapuran.
Sementara, osteoporosis
atau dikenal sebagai tulang keropos atau kopong yang terjadi akibat massa yang
membentuk tulang sudah berkurang. Akibatnya, tulang menjadi kehilangan
kepadatan sehingga seringkali tak kuat menahan benturan ringan sekalipun.
Lepas dari
mudahnya kemungkinan mengalami fraktur atau patah, tulang yang keropos atau
kopong bisa terjadi pada bagian tulang manapun. Jadi, jika dengkul maupun
punggung terasa kaku dan nyeri, yang lebih patut untuk ‘dicurigai’ adalah
kemungkinan mengalami OA ketimbang osteoporosis.
Bisa
Akibat Genetis
Dari aspek
anatomi medis, OA berawal dari hilangnya kartilago hyalin pada tulang. Jaringan
tulang rawan yang elastis ini berfungsi sebagai bantalan atau pelumas yang
menjadi tumpuan bagi pergerakan dan pertemuan antara tulang. Adanya kartilago
hyali-lah yang membuat pergerakan sendi antar tulang menjadi nyaman
tanpa rasa sakit. “Dalam bahasa awam, jaringan ini bisa disebut sebagai engsel
atau shock
breaker,” kata Andito.
Pada penderita
OA, kartilago
hyalin mengalami kehilangan atau kerusakan lebih cepat dari
kemampuan tubuh untuk memperbaiki. Akibatnya, engsel tadi kekurangan pelumas
sehingga menyebabkan persinggungan antar tulang berdampak pada munculnya rasa
nyeri.
Lebih dari
itu, rusaknya tulang rawan menyebabkan sendi dan tulang juga ikut berubah.
Tubuh akan menumbuhkan tulang baru dengan ‘menggelontorkan’ lebih banyak
kalsium atau zat kapur sebagai bentuk mekanisme pertahanan dalam menjaga
stabilitas sendi. Padahal, bentuk dasar kalsium yang tajam dan tidak beraturan
justru membuat persinggungan antar sendi menjadi terasa semakin nyeri. “Jika
kondisi ini dibiarkan, rasa sakit akan makin bertambah. Selain itu, tulang juga
bisa mengalami perubahan bentuk atau deformity sehingga dapat
menyebabkan cacat permanen pada tulang,” terang Andito.
Kembali
dipaparkan Andito, ada dua macam OA, yaitu primer dan sekunder. OA primer
terjadi akibat proses penuaan alami sehingga banyak dijumpai pada mereka yang
berusia diatas 45 tahun. Bagian yang paling diserang biasanya pada sendi yang
paling berat menanggung berat badan, seperti lutut dan panggul maupun punggung,
leher, dan jari-jari.
Sementara, OA
sekunder umumnya terjadi akibat trauma pada sendi seperti tulang patah atau
permukaan sendi yang tidak sejajar seperti pada kaki bentuk O dan X. Penderita
OA sekunder juga bisa dipicu oleh faktor genetik dan penyakit metabolik seperti
asam urat maupun infeksi sendi seperti tubercolosis atau TBC.
Bunyi di Lutut
dan Pencegahan
Seperti halnya
osteoporosis, OA seringkali muncul secara asimptomatik atau tanpa gejala.
Diagnosa penyakit ini dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium dan rontgen
tulang. “Bila ada laju endap darah dan kolesterol meningkat, maka biasanya
sudah dapat diidentifikasi sebagai gejala osteoarthitis,” kata Andito.
Hanya
demikian, gejala awal OA sebenarnya bisa dideteksi melalui rasa kaki dan nyeri
pada sendi saat digerakkan di pagi hari. Saat kondisi ini dibiarkan, rasa nyeri
biasanya semakin terasa setiap melakukan gerakan tertentu, terutama pada saat
menopang berat badan. Pada beberapa penderita, rasa nyeri bahkan dapat timbul
setelah istirahat lama, misalnya duduk di kursi atau di jok mobil dalam
perjalanan jauh.
Gejala OA yang
lebih jelas dapat dilihat apabila terjadi pembengkakan atau peradangan pada
sendi. Selain itu, persendian yang sakit ini juga berwarna kemerah-merahan.
Sebagian penderita bahkan mengalami bunyi –umumnya pada lutut setiap persendian
digerakkan walau kadangkala tidak menimbulkan rasa sakit.
OA sendiri
bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Selain faktor usia, wanita memiliki
kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami penyakit ini karena berhubungan
dengan hormon estrogen. Karena itu, OA paling banyak dijumpai pada wanita yang
sudah memasuki masa menopause.
Bentuk tubuh
wanita juga ditengarai lebih mudah mengalami OA ketimbang pria. Merujuk hasil
sebuah penelitian, tubuh wanita yang lebih lebar di bagian pinggul menyebabkan
penumpukan lemak banyak terjadi di bagian ini. Dampaknya, tulang kaki harus
menopang beban lebih berat. Karena itupula, dalam kondisi yang sama, OA sering
dialami mereka yang memiliki berat badan berlebih.
Selain itu, OA
bisa disebabkan riwayat imobilisasi atau kurangnya gerak
tubuh, atau justru ‘stres’ panjang akibat gerak tubuh berlebih seperti pada
olahragawan. Penyakit ini diduga juga berkaitan dengan ras, keturunan, dan
sistem metabolik tubuh. OA bisa pula disebabkan trauma menahun pada sendi
bahkan dari jenis trauma minor sekalipun, seperti sering nyeletek-nyeletekin
jari. Ashar F.
Anwar
Dr. Andito Wibisono, Sp.O.T
Bisa Diganti dengan yang Buatan
Penderita
osteoarthritis yang sudah parah bisa diatasi dengan mengganti lutut dengan
bahan metal buatan.
Upaya
terbaik pada penderita osteoarthritis berat dilakukan dengan cara memperbaiki
keseimbangan ligamen penyangga sendi hingga bisa seperti semula. Jika
pemotongan dan pemasangan proses ini terjadi secara baik dan ligamen bisa
stabil, maka kaki yang bengkok bisa menjadi lurus kembali dengan gerakan yang
relatif sempurna dan tidak menimbulkan rasa nyeri lagi.
Karena itu,
tidak semua ahli tulang bisa melakukan tindakan ini. Berikut paparan dr. Andito
Wibisono, ahli tulang dari Centre of Anthroplasty, Bintaro International
Hospital yang sempat mendalami berbagai terapi pengobatan penyakit ini di
Singapura, Jerman, Belanda, dan Inggris kepada C&R.
Perjalanan
penyakit osteoarthritis atau OA terbagi atas empat stadium. Pada stadium yang
lebih awal, seperti stadium I dan II, pengobatannya dapat dilakukan dengan
pencegahan melalui program penurunan berat badan, olahraga yang disesuaikan
dengan kondisi penderita serta pemberian obat-obatan, suntikan sendi dan
fisioterapi.
Namun, jika
sudah masuk stadium berat (stadium IV), maka tidak bisa lagi diatasi dengan
hanya diberi obat-obatan atau vitamin tulang, pasalnya sel-sel permukaan rawan
sendi sudah habis. Tindakan yang harus dilakukan adalah arthroplasty atau joint replacement atau total knee replacement.
Joint
replacement ini
sebenarnya dilakukan untuk mengganti permukaan rawan sendi yang rusak dengan
permukaan sendi buatan atau artifisial. Jadi, sendi pada lutut, misalnya, akan
direparasi seluruhnya dan digantikan dengan bahan metal buatan.
Namun,
tindakan bedah ini tidak mudah karena dari celah luka operasi yang sempit, kami
harus meratakan sendi secara akurat agar permukaan sendi buatan (prothese)
dapat duduk pada posisi yang stabil. Sebagai contoh, arthroplasty sendi lutut
memerlukan 25 tahap sebelum prothese dapat dipasang. Satu kesalahan saja akan
menyebabkan sendi lutut tak bisa bergerak dengan sempurna, bahkan kadang-kadang
sendi yang dioperasi tidak bisa bergerak.
Operasi
arthroplasty ini tingkat keberhasilannya tinggi, karena operasi ini didampingi
oleh tim dokter yang lengkap yang terdiri dari dokter spesialis penyakit dalam,
spesialis jantung, spesialis anestesi dan spesialis rehabilitasi medik. Tim ini
diperlukan untuk menjaga kondisi penderita baik sebelum maupun sesudah operasi.
Patut diingat, sebagian besar pasien yang menjalani operasi ini adalah pasien
dengan usia lanjut.
10 Kiat
Mencegah Osteoarthritis
1. Menjaga
berat badan untuk mengurangi beban berlebih yang harus ditopang sendi.
2. Melakukan
olahraga yang tidak banyak menggunakan persendian atau yang menyebabkan
terjadinya perlukaan sendi. Contohnya berenang dan olahraga yang bisa dilakukan
sambil duduk dan tiduran.
3. Aktivitas
olahraga hendaknya disesuaikan dengan umur. Jangan memaksa untuk melakukan
olahraga porsi berat pada usia lanjut.
4. Sebaliknya,
tidak dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas gerak. Tubuh yang tidak pernah
digerakkan akan mengundang osteoporosis.
5. Menghindari
perlukaan pada persendian.
6.
Mengkonsumsi makanan sehat.
7. Memilih dan
menggunakan alas kaki yang tepat dan nyaman.
8. Lakukan
relaksasi dengan berbagai teknik.
9. Hindari
melakukan kebiasaan meregangkan sendi jari tangan.
10. Jika ada deformitas pada lutut, misalnya kaki berbentuk O, jangan dibiarkan.
Hal tersebut akan menyebabkan tekanan yang tidak merata pada semua permukaan tulang.
10. Jika ada deformitas pada lutut, misalnya kaki berbentuk O, jangan dibiarkan.
Hal tersebut akan menyebabkan tekanan yang tidak merata pada semua permukaan tulang.
Jika jari terasa pegal, paling enak memang
menarik jari-jari hingga berbunyi gemeretuk. Begitupun ketika pinggang terasa
pegal, langsung memutir tubuh hingga bunyi gemeretuk. Setelah itu, pegal
rasanya hilang seketika. Tetapi benarkah demikian?
Karena menurut dokter spesialis tulang
(orthopedik) RS Siaga, dr Lukman Shebubakar, jari-jari atau sendi kaki yang
suka mengeluarkan bunyi gemeretuk merupakan pertanda bahwa seseorang menderita
pengapuran pada sendi atau osteoarhritis.
“Berbeda dengan osteoporosis yang berarti
pengapuran pada tulang, maka osteoarhritis adalah pengapuran pada sendi,” kata
dr Lukman Shebubakar dalam sebuah seminar tentang osteoarhritis, di Jakarta,
belum lama ini.
Dijelaskan, tubuh manusia terdiri atas 206
tulang dan 230 sendi. Osteoartritis adalah suatu penyakit sendi menahun yang
ditandai dengan adanya kemunduran pada tulang rawan sendi dan tulang di
dekatnya, yang bisa menyebabkan nyeri sendi dan kekakuan.
“Pengapuran sendi pasti akan dirasakan setiap
orang, terutama oleh orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Akan tetapi,
hal itu dapat terjadi lebih dini,” ujarnya.
Osteoarhritis bisa dialami orang dewasa yang
pernah mengalami kecelakaan, infeksi pada sendi, atau bisa juga pada bayi yang
mengalami kelainan bawaan.
“Osteoarhritis bisa terjadi hampir pada semua
sendi. Biasanya terjadi pada sendi yang biasa menahan beban berat dan juga pada
sendi yang sering digunakan, misalnya lutut, pinggul, punggung atau tulang
belakang, tangan, dan kaki,” tuturnya.
Gejala yang ditimbulkan dari osteoarhritis
datang secara bertahap. Biasanya diawali dari satu sendi, adanya nyeri sendi, kesulitan
naik dan turun tangga, sulit berdiri setelah lama duduk atau jongkok.
Orang-orang yang rentan dan berisiko tinggi
terkena penyakit itu adalah orang yang pekerjaannya menimbulkan penekanan
berulang pada sendi. “Penyakit yang timbul jika terjadi pengapuran pada sendi
bisa sampai mengakibatkan berubahnya bentuk sendi,” ucapnya.
Mengapa terjadi pengapuran?
Dr Lukman menjelaskan, sendi lutut merupakan
sendi dengan beban kerja yang cukup berat. Saat berdiri tegak, sendi itu dalam
posisi mengunci agar posisi tubuh stabil. Sedangkan saat berjalan, sendi ini
berperan laiknya engsel, sehingga gerakan kaki menjadi fleksibel.
“Saat kita berlari, atau berolahraga, sendi
harus dapat menahan beban putaran dan daya saat kaki menekuk, melompat atau
saat berlari. Hal itu menunjukkan bahwa sendi lutut memegang peranan penting
dalam setiap posisi atau gerakan tubuh,” katanya.
Dijelaskan, dalam sendi lutut, terdapat tiga
komponen tulang. Ujung tulang paha (femur), tulang tungkai bawah (tibia) dan
tulang lutut (patella). Pada bagian ujung dari tulang, terdapat komponen yang
disebut dengan tulang rawan.
Tulang rawan berperan melapisi ujung tulang
di persendian. Dengan adanya tulang rawan, ketiga tulang
tersebut bertemu, namun tidak terjadi gesekan, dan gerakan sendi menjadi mulus.
“Sesuai perjalanan usia, pada orang tua akan
terjadi kerusakan pada tulang rawan (kartilago) sendi. Selain faktor usia, ada
juga faktor lain yang dapat mempercepat proses kerusakan. Misalnya saja
infeksi, trauma, aktivitas yang tinggi atau berat badan berlebih,” katanya.
Jika terjadi kerusakan, maka tulang rawan
menjadi tipis dan permukaannya tidak rata. Akibatnya terjadi gesekan diantara
tulang, menimbulkan nyeri. Selain itu pengapuran sendi lutut, juga dapat
disebabkan oleh bentuk sendi yang tidak normal.
Ia menyebutkan tindakan menekuk keluar
(valgus), atau menekuk ke dalam (varus). Kondisi ini mengakibatkan beban tubuh
tidak lagi berada pada tempat yang ideal, melainkan bergeser ke arah luar atau
ke dalam. Bagian yang mengalami beban berat akan lebih cepat mengalami
pengapuran dibanding bagian yang tidak mendapat beban.
Kerusakan pada tulang rawan mengakibatkan
gerakan tidak lagi mulus. Ujung-ujung tulang bertemu dan bergesekan satu sama
lain. Kerusakan tulang rawan merangsang pertumbuhan tulang baru di dalam sendi,
dikenal dengan osteofit. Dengan adanya osteofit, nyeri bertambah parah, dan
tentu saja aktivitas terganggu.
Perlu diketahui bahwa selama ini ada di
kalangan kalangan awam yang salah mengartikan pengapuran dengan osteoporosis.
Osteoporosis merupakan pengeroposan tulang, sedangkan osteartritis adalah kerusakan
pada tulang rawan sendi (kartilago).
Untuk menentukan ada tidaknya pengapuran pada
sendi, selain melakukan pemeriksaan fisik, dokter juga akan melakukan
pemeriksaan penunjang. Misalnya saja melakukan foto rontgen. Pemeriksaan ini
penting untuk mengetahui kondisi sendi lutut dan memperkirakan derajat
kerusakan.
Jika dicurigai adanya masalah pada jaringan
lunak, semisal pada ligamen (urat) atau pada tendon di daerah sendi lutut, maka
akan dilakukan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Pemeriksaan itu dapat menemukan adannya
robekan, atau penyakit lain, pada jaringan lunak di daerah lutut semisal otot,
tendon atau ligamen. Penyebab kerusakan beragam diantaranya trauma atau
infeksi.
Tentang pengobatan, dr Lukman menyebutkan ada
beberapa lini terapi yang digunakan untuk mengatasi pengapuran pada sendi
lutut. Tahap awal biasanya diberikan obat penghilang rasa nyeri. Obat Anti
Inflamasi Non Steroid (AINS), seminal asam mefenamat,ibuprofen, piroksikam
dapat digunakan.
“Efek samping obat jenis ini, terjadi
gangguan lambung. Selain itu minum, dapat diberikan anti nyeri yang dioleskan
langsung ke kulit. Berbentuk jel atau spray disemprotkan langsung di daerah
kulit sekitar lutut,” katanya.
Jenis AINS yang terbaru dikenal dengan COX-2
inhibitor. Efek samping obat ini terhadap saluran cerna lebih kecil disbanding
dengan obat AINS biasa. Belakangan diketahui bahwa obat ini menimbulkan risiko
jantung dan stroke. Sehingga penggunaanya pada penderita yang memiliki serangan
jantung atau stroke perlu diwaspadai.
Jika pengobatan kurang mendapatkan hasil,
dianjurkan bagi penderita untuk melakukan fisioterapi. Latihan dapat dilakukan
dengan bantuan ahli fisioterapi,untuk mendapatkan gerak yang normal pada lutut,
dan menghilangkan nyeri. Latihan yang dapat meningkatkan kemampuan otot di
sekitar lutut, sehingga lebih stabil dan posisi tubuh seimbang.
Terapi lain adalah dengan menyuntikan
langsung obat ke sendi lutut untuk menghilangkan rasa nyeri. Efek terapi dapat
bertahan hingga beberapa bulan. Dokter akan mempertimbangkan masak-masak
sebelum melakukan tindakan ini, karena jika terlalu sering malah mengakibatkan
kerusakan tulang rawan sendi.
Operasi yang dilakukan bisa melalui operasi
arthroscopy, osteotomy, arthtoplasty, dan arthrodesis. “Selain operasi,
terdapat cara penyembuhan lain yaitu dengan fisioterapi, atau program latihan
lain. Selain itu dukungan psikososial sangat perlu, bahkan dengan cara yang
sederhana, yaitu dengan cara mengonsumsi vitamin glukosomin, atau dengan
olahraga yang tepat,” ujarnya.
Ditambahkan, selain itu pentingnya seseorang
mempertimbangkan kegiatan dengan kekuatan sendi yang sesuai dengan umur.
“Untuk orang yang mengalami obesitas atau
kegemukan, maka makanan yang dikonsumsi harus dijaga karena orang yang obesitas
cenderung terkena penyakit ini,” terangnya.
Sendi Berbunyi
Selamat malam dok,
nama saya khrisna, umur 22 tahun. saya mempunyai keluhan-keluhan kesehatan sebagai berikut :
1. Sendi-sendi saya pada berbunyi jika saya melakukan gerakan agak berat (sendi kaki, lutut, pinggul, pergelangan tangan, siku, pundak) kesannya seperti keropos.
2. saya memiliki berat badan 45 kg dengan tinggi badan 170. saya sudah berusaha mengkonsumsi makanan bergizi untuk menambah berat badan saya. tetapi tidak bisa, tubuh seperti tidak bisa menyerap zat-zat makanan.
3. Saya mudah sekali mengantuk.
4. Bila saya minum air, sebentar kemudian saya kepingin buang air kecil.
5. Bagian bawah perut saya kadang-kadang keras dan sakit.
6. Pinggang kadang-kadang pegal.
Demikian dok keluhan saya, sudah sekitar 1 tahun ini. kira-kira penyakit apa itu ya dok? atas dijawabnya pertanyaan ini saya mengucapkan banyak terima kasih.
Jawaban:
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan saudara Krisna satu-persatu:
1. Bunyi-bunyi pada sendi bisa merupakan hal yang normal atau bisa juga merupakan sebuah patologis (penyakit/kelainan). Keadaan patologis biasanya disertai nyeri ketika digerakkan. Namun dapat juga tanpa disertai nyeri. Pada keadaan normal, hal ini dapat terjadi karena produksi cairan sendi yang kurang. Tiap orang berbeda dalam memproduksi jumlah cairan sendinya. Apabila hal tersebut sangat mengganggu, saudara dapat berkonsultasi lebih lanjut dengan Dokter Bedah Orthopaedi (Dokter Bedah Tulang).
2. Berat Badan (BB) yang kurang dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti pola makan yang kurang benar (makan kurang dari 3 kali sehari), asupan gizi yang tidak cukup, tidak cukup air, dll. Berat badan yang kurang juga bisa disebabkan keturunan, dalam arti bakat anda memang berpostur kurus. Selain itu, menderita suatu penyakit tertentu dapat menyebabkan pertumbuhan BB terhambat. Sebaiknya coba berkonsultasi dengan dokter saudara.
3. Suplai oksigen yang kurang ke otak membuat kita merasa mengantuk. Hal ini dapat disebabkan karena:
- kadar O2 di sekitar kita yang kurang
- zat pembawa O2 (Hemoglobin) dalam darah yang kurang atau
- tekanan darah yang kurang sehingga cairan darah ke otak pun kurang
Untuk meningkatkan kadar Hemoglobin disarankan untuk mengkonsumsi zat-zat pembentuk Hemoglobin seperti asam folat, B12, zat besi, dll yang banyak terdapat dalam sayuran berwarna hijau dan hati. Sementara tekanan darah yang kurang dapat diatasi dengan banyak minum, olah raga teratur seperti aerobik 30 menit sebanyak 3 x seminggu.
Orang yang cacingan pun mudah mengantuk karena zat-zat gizi untuk pembentukan Hemoglobin diserap oleh cacing. Rasa kantuk juga dapat disebabkan oleh rasa bosan. Bila memang hal ini yang terjadi pada saudara, cobalah untuk melakukan hal-hal baru dan menyenangkan.
4. Ingin buang air kecil setelah minum adalah hal yang wajar bagi orang-orang yang jarang minum, karena kondisi tubuh sudah terbiasa dalam keadaan kurang cairan. Hal ini akan hilang dengan sendirinya bila kita mengkonsumsi cukup air putih 2 liter/hari diluar air teh, sirup, kopi, susu dll selama + 1 bulan secara rutin.
5. Nyeri pada perut dapat disebabkan oleh kelainan pada organ-organ disekitarnya seperti usus, salurang kencing, otot jaringan lunak dan organ reproduksi pada wanita. Sayangnya saudara kurang memberi informasi dimana tepatnya lokasi sakit, seberapa sering rasa sakitnya muncul dan sudah berapa lama.
Namun biasanya, nyeri yang hilang dan timbul pada bagian perut disebabkan oleh beberapa hal seperti radang usus buntu kronik atau terdapat batu di saluran kencing. Untuk memastikan penyebabnya, sebaiknya konsultasikanlah hal ini dengan dokter.
6. Pinggang yang pegal dapat disebabkan dari ototnya karena sering kerja mengangkat benda-benda yang berat dengan cara yang salah, kurang olah raga, dll.
Demikianlah jawaban saya, semoga bermanfaat dan terima kasih atas pertanyaannya.
nama saya khrisna, umur 22 tahun. saya mempunyai keluhan-keluhan kesehatan sebagai berikut :
1. Sendi-sendi saya pada berbunyi jika saya melakukan gerakan agak berat (sendi kaki, lutut, pinggul, pergelangan tangan, siku, pundak) kesannya seperti keropos.
2. saya memiliki berat badan 45 kg dengan tinggi badan 170. saya sudah berusaha mengkonsumsi makanan bergizi untuk menambah berat badan saya. tetapi tidak bisa, tubuh seperti tidak bisa menyerap zat-zat makanan.
3. Saya mudah sekali mengantuk.
4. Bila saya minum air, sebentar kemudian saya kepingin buang air kecil.
5. Bagian bawah perut saya kadang-kadang keras dan sakit.
6. Pinggang kadang-kadang pegal.
Demikian dok keluhan saya, sudah sekitar 1 tahun ini. kira-kira penyakit apa itu ya dok? atas dijawabnya pertanyaan ini saya mengucapkan banyak terima kasih.
Jawaban:
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan saudara Krisna satu-persatu:
1. Bunyi-bunyi pada sendi bisa merupakan hal yang normal atau bisa juga merupakan sebuah patologis (penyakit/kelainan). Keadaan patologis biasanya disertai nyeri ketika digerakkan. Namun dapat juga tanpa disertai nyeri. Pada keadaan normal, hal ini dapat terjadi karena produksi cairan sendi yang kurang. Tiap orang berbeda dalam memproduksi jumlah cairan sendinya. Apabila hal tersebut sangat mengganggu, saudara dapat berkonsultasi lebih lanjut dengan Dokter Bedah Orthopaedi (Dokter Bedah Tulang).
2. Berat Badan (BB) yang kurang dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti pola makan yang kurang benar (makan kurang dari 3 kali sehari), asupan gizi yang tidak cukup, tidak cukup air, dll. Berat badan yang kurang juga bisa disebabkan keturunan, dalam arti bakat anda memang berpostur kurus. Selain itu, menderita suatu penyakit tertentu dapat menyebabkan pertumbuhan BB terhambat. Sebaiknya coba berkonsultasi dengan dokter saudara.
3. Suplai oksigen yang kurang ke otak membuat kita merasa mengantuk. Hal ini dapat disebabkan karena:
- kadar O2 di sekitar kita yang kurang
- zat pembawa O2 (Hemoglobin) dalam darah yang kurang atau
- tekanan darah yang kurang sehingga cairan darah ke otak pun kurang
Untuk meningkatkan kadar Hemoglobin disarankan untuk mengkonsumsi zat-zat pembentuk Hemoglobin seperti asam folat, B12, zat besi, dll yang banyak terdapat dalam sayuran berwarna hijau dan hati. Sementara tekanan darah yang kurang dapat diatasi dengan banyak minum, olah raga teratur seperti aerobik 30 menit sebanyak 3 x seminggu.
Orang yang cacingan pun mudah mengantuk karena zat-zat gizi untuk pembentukan Hemoglobin diserap oleh cacing. Rasa kantuk juga dapat disebabkan oleh rasa bosan. Bila memang hal ini yang terjadi pada saudara, cobalah untuk melakukan hal-hal baru dan menyenangkan.
4. Ingin buang air kecil setelah minum adalah hal yang wajar bagi orang-orang yang jarang minum, karena kondisi tubuh sudah terbiasa dalam keadaan kurang cairan. Hal ini akan hilang dengan sendirinya bila kita mengkonsumsi cukup air putih 2 liter/hari diluar air teh, sirup, kopi, susu dll selama + 1 bulan secara rutin.
5. Nyeri pada perut dapat disebabkan oleh kelainan pada organ-organ disekitarnya seperti usus, salurang kencing, otot jaringan lunak dan organ reproduksi pada wanita. Sayangnya saudara kurang memberi informasi dimana tepatnya lokasi sakit, seberapa sering rasa sakitnya muncul dan sudah berapa lama.
Namun biasanya, nyeri yang hilang dan timbul pada bagian perut disebabkan oleh beberapa hal seperti radang usus buntu kronik atau terdapat batu di saluran kencing. Untuk memastikan penyebabnya, sebaiknya konsultasikanlah hal ini dengan dokter.
6. Pinggang yang pegal dapat disebabkan dari ototnya karena sering kerja mengangkat benda-benda yang berat dengan cara yang salah, kurang olah raga, dll.
Demikianlah jawaban saya, semoga bermanfaat dan terima kasih atas pertanyaannya.
Waspadai
Pengapuran pada Sendi
Label: pengapuran, sendi. Dibaca: 91065 kali. Facebook Share: 121.Twitter Share: 28. Rating: ♥♥♥
Label: pengapuran, sendi. Dibaca: 91065 kali. Facebook Share: 121.Twitter Share: 28. Rating: ♥♥♥
Informasi DechaCare.com
Jika jari terasa pegal, paling
enak memang menarik jari-jari hingga berbunyi gemeretuk. Begitupun ketika
pinggang terasa pegal, langsung memutir tubuh hingga bunyi gemeretuk. Setelah
itu, pegal rasanya hilang seketika. Tetapi benarkah demikian?
Karena menurut dokter spesialis tulang
(orthopedik) RS Siaga, dr Lukman Shebubakar, jari-jari atau sendi kaki yang
suka mengeluarkan bunyi gemeretuk merupakan pertanda bahwa seseorang menderita
pengapuran pada sendi atau osteoarhritis.
"Berbeda dengan osteoporosis yang
berarti pengapuran pada tulang, maka osteoarhritis adalah pengapuran pada
sendi," kata dr Lukman Shebubakar dalam sebuah seminar tentang
osteoarhritis, di Jakarta, belum lama ini.
Dijelaskan, tubuh manusia terdiri atas 206
tulang dan 230 sendi. Osteoartritis adalah suatu penyakit sendi menahun yang
ditandai dengan adanya kemunduran pada tulang rawan sendi dan tulang di
dekatnya, yang bisa menyebabkan nyeri sendi dan kekakuan.
"Pengapuran sendi pasti akan dirasakan
setiap orang, terutama oleh orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Akan
tetapi, hal itu dapat terjadi lebih dini," ujarnya.
Osteoarhritis bisa dialami orang dewasa yang
pernah mengalami kecelakaan, infeksi pada sendi, atau bisa juga pada bayi yang
mengalami kelainan bawaan.
"Osteoarhritis bisa terjadi hampir pada
semua sendi. Biasanya terjadi pada sendi yang biasa menahan beban berat dan
juga pada sendi yang sering digunakan, misalnya lutut, pinggul, punggung atau
tulang belakang, tangan, dan kaki," tuturnya.
Gejala yang ditimbulkan dari osteoarhritis
datang secara bertahap. Biasanya diawali dari satu sendi, adanya nyeri sendi,
kesulitan naik dan turun tangga, sulit berdiri setelah lama duduk atau jongkok.
Orang-orang yang rentan dan berisiko tinggi
terkena penyakit itu adalah orang yang pekerjaannya menimbulkan penekanan
berulang pada sendi. "Penyakit yang timbul jika terjadi pengapuran pada
sendi bisa sampai mengakibatkan berubahnya bentuk sendi," ucapnya.
Mengapa terjadi pengapuran?
Dr Lukman menjelaskan, sendi lutut merupakan
sendi dengan beban kerja yang cukup berat. Saat berdiri tegak, sendi itu dalam
posisi mengunci agar posisi tubuh stabil. Sedangkan saat berjalan, sendi ini
berperan laiknya engsel, sehingga gerakan kaki menjadi fleksibel.
"Saat kita berlari, atau berolahraga,
sendi harus dapat menahan beban putaran dan daya saat kaki menekuk, melompat
atau saat berlari. Hal itu menunjukkan bahwa sendi lutut memegang peranan
penting dalam setiap posisi atau gerakan tubuh," katanya.
Dijelaskan, dalam sendi lutut, terdapat tiga
komponen tulang. Ujung tulang paha (femur), tulang tungkai bawah (tibia) dan
tulang lutut (patella). Pada bagian ujung dari tulang, terdapat komponen yang
disebut dengan tulang rawan.
Tulang rawan berperan melapisi ujung tulang
di persendian. Dengan adanya tulang rawan, ketiga tulang tersebut bertemu,
namun tidak terjadi gesekan, dan gerakan sendi menjadi mulus.
"Sesuai perjalanan usia, pada orang tua
akan terjadi kerusakan pada tulang rawan (kartilago) sendi. Selain faktor usia,
ada juga faktor lain yang dapat mempercepat proses kerusakan. Misalnya saja
infeksi, trauma, aktivitas yang tinggi atau berat badan berlebih,"
katanya.
Jika terjadi kerusakan, maka tulang rawan
menjadi tipis dan permukaannya tidak rata. Akibatnya terjadi gesekan diantara
tulang, menimbulkan nyeri. Selain itu pengapuran sendi lutut, juga dapat
disebabkan oleh bentuk sendi yang tidak normal.
Ia menyebutkan tindakan menekuk keluar
(valgus), atau menekuk ke dalam (varus). Kondisi ini mengakibatkan beban tubuh
tidak lagi berada pada tempat yang ideal, melainkan bergeser ke arah luar atau
ke dalam. Bagian yang mengalami beban berat akan lebih cepat mengalami
pengapuran dibanding bagian yang tidak mendapat beban.
Kerusakan pada tulang rawan mengakibatkan
gerakan tidak lagi mulus. Ujung-ujung tulang bertemu dan bergesekan satu sama
lain. Kerusakan tulang rawan merangsang pertumbuhan tulang baru di dalam sendi,
dikenal dengan osteofit. Dengan adanya osteofit, nyeri bertambah parah, dan
tentu saja aktivitas terganggu.
Perlu diketahui bahwa selama ini ada di
kalangan kalangan awam yang salah mengartikan pengapuran dengan osteoporosis.
Osteoporosis merupakan pengeroposan tulang, sedangkan osteartritis adalah
kerusakan pada tulang rawan sendi (kartilago).
Untuk menentukan ada tidaknya pengapuran pada
sendi, selain melakukan pemeriksaan fisik, dokter juga akan melakukan
pemeriksaan penunjang. Misalnya saja melakukan foto rontgen. Pemeriksaan ini
penting untuk mengetahui kondisi sendi lutut dan memperkirakan derajat
kerusakan.
Jika dicurigai adanya masalah pada jaringan
lunak, semisal pada ligamen (urat) atau pada tendon di daerah sendi lutut, maka
akan dilakukan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Pemeriksaan itu dapat menemukan adannya
robekan, atau penyakit lain, pada jaringan lunak di daerah lutut semisal otot,
tendon atau ligamen. Penyebab kerusakan beragam diantaranya trauma atau
infeksi.
Tentang pengobatan, dr Lukman menyebutkan ada
beberapa lini terapi yang digunakan untuk mengatasi pengapuran pada sendi
lutut. Tahap awal biasanya diberikan obat penghilang rasa nyeri. Obat Anti
Inflamasi Non Steroid (AINS), seminal asam mefenamat,ibuprofen, piroksikam
dapat digunakan.
"Efek samping obat jenis ini, terjadi
gangguan lambung. Selain itu minum, dapat diberikan anti nyeri yang dioleskan
langsung ke kulit. Berbentuk jel atau spray disemprotkan langsung di daerah
kulit sekitar lutut," katanya.
Jenis AINS yang terbaru dikenal dengan COX-2
inhibitor. Efek samping obat ini terhadap saluran cerna lebih kecil disbanding
dengan obat AINS biasa. Belakangan diketahui bahwa obat ini menimbulkan risiko
jantung dan stroke. Sehingga penggunaanya pada penderita yang memiliki serangan
jantung atau stroke perlu diwaspadai.
Jika pengobatan kurang mendapatkan hasil,
dianjurkan bagi penderita untuk melakukan fisioterapi. Latihan dapat dilakukan
dengan bantuan ahli fisioterapi,untuk mendapatkan gerak yang normal pada lutut,
dan menghilangkan nyeri. Latihan yang dapat meningkatkan kemampuan otot di
sekitar lutut, sehingga lebih stabil dan posisi tubuh seimbang.
Terapi lain adalah dengan menyuntikan
langsung obat ke sendi lutut untuk menghilangkan rasa nyeri. Efek terapi dapat
bertahan hingga beberapa bulan. Dokter akan mempertimbangkan masak-masak
sebelum melakukan tindakan ini, karena jika terlalu sering malah mengakibatkan
kerusakan tulang rawan sendi.
Operasi yang dilakukan bisa melalui operasi
arthroscopy, osteotomy, arthtoplasty, dan arthrodesis. "Selain operasi,
terdapat cara penyembuhan lain yaitu dengan fisioterapi, atau program latihan
lain. Selain itu dukungan psikososial sangat perlu, bahkan dengan cara yang
sederhana, yaitu dengan cara mengonsumsi vitamin glukosomin, atau dengan
olahraga yang tepat," ujarnya.
Ditambahkan, selain itu pentingnya seseorang
mempertimbangkan kegiatan dengan kekuatan sendi yang sesuai dengan umur.
"Untuk orang yang mengalami obesitas
atau kegemukan, maka makanan yang dikonsumsi harus dijaga karena orang yang
obesitas cenderung terkena penyakit ini," terangnya
Obat Tradisonal Nyeri Sendi
Obat
Tradisional Nyeri Sendi-Kini telah
hadir Produk Obat Tradisional Jelly Gamat Luxor sebagai solusi ampuh untuk menyembuhkan penyakit nyeri sendi. Obat
Tradisional Nyeri Sendi Terbuat dari bahan alami Teripang ( Sea
Cucumber ) tanpa tambahan bahan kimia, efektif dalam menyembuhkan
tanpa menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan. Berikut sajian
informasi mengenai penyakit nyeri sendi.
Apa Yang Dimaksud Dengan Penyakit Nyeri Sendi
Sebagian besar masyarakat memiliki anggapan
yang keliru, bahwa penyakit nyeri sendi diakibatkan oleh penyakit asam urat
atau reumatik. Kekeliruan lain yang sering terjadi adalah penyakit nyeri sendi
juga diakibatkan oleh penyakit kolesterol, osteoporosis, dan bahkan flu tulang.
Penyakit Asam Urat atau Reumatik memang dapat
menyebbkan penyakit nyeri sendi, akan tetapi tidak semua penyakit nyeri sendi
diakibatkan oleh asam urat dan reumatik. Dengan kata lain, penyakit nyeri sendi
yang diderita masyarakat tidak selalu disebabkan oleh asam urat dan reumatik,
tetapi bisa ajuga disebabkan oleh penyakit lain.
Penyebab utama nyeri sendi pada usia di atas
45 tahun, khususnya lutut dan pinggul, adalah pengapuran sendi. Pada usia di
bawah 45 tahun, penyebab utama nyeri sendi adalah peradangan otot akibat
aktivitas fisik yang berlebihan atau karena cidera olah raga.
Pengapuran sendi atau osteoartritis adalah
suatu penyakit di mana tulang rawan sendi menipis. Tulang rawan berfungsi
melapisi ujung tulang pembentuk sendi, sehingga sendi dapat bergerak bebas
tanpa rasa nyeri.
Fungsi tulang rawan sendi dapat diibaratkan
seperti fungsi ban yang melapisi velg kendaraan sehingga mobil dapat bergerak
bebas tanpa hambatan. Sama seperti ban mobil yang akan menipis karena aus
akibat bergesekan dengan jalan, demikian juga tulang rawan sendi akan aus dan
menipis karena saling bergesekan setiap kali sendi bergerak.
Jika tulang rawan sendi rusak dan menipis,
ujung tulang pembentuk sendi akan saling bertemu dan bergesekan langsung tanpa
pelapis tulang rawan, sehingga menimbulkan nyeri sendi.
Penyebab Penyakit Nyeri Sendi
Penyebab penipisan tulang rawan pada
pengapuran sendi tidak diketahui secara pasti dan dianggap sebagai bagian dari
proses penuaan. Setiap orang akan mengalami pengapuran sendi dengan derajad
yang berbeda-beda.
Selain sebagai bagian dari proses penuaan,
pengapuran sendi dipandang sebagai akibat dari beberapa faktor resiko sebagai
berikut: (1) wanita berusia lebih dari 45 tahun; (2) kelebihan berat badan; (3)
aktifitas fisik yang berlebihan, seperti para olah-ragawan dan pekerja kasar;
(4) menderita kelemahan otot paha; atau (5) pernah mengalami patah tulang di
sekitar sendi yang tidak mendapatkan perawatan yang tepat.
Gejala-Gejala Nyeri Sendi
Gejala pengapuran sendi stadium dini biasanya
berupa nyeri dan kekakuan sendi setelah lama tidak bergerak, seperti setelah
bangun tidur atau setelah duduk dalam waktu lama. Sendi lutut juga terasa sakit
jika digunakan untuk berjalan, naik-turun tangga, atau berjongkok. Sering
terdengar bunyi “krek-krek” pada saat sendi lutut digerakkan.
Pada stadium lanjut, selain rasa sakit yang
semakin hebat, sendi lutut menjadi bengkok seperti huruf O atau huruf X.
Pada foto Rontgen, celah sendi lutut yang
mengalami pengapuran sendi tampak lebih sempit dibanding celah sendi yang
normal.
Derajad penyempitan celah sendi pada foto
Rontgen inilah yang digunakan untuk menentukan berat ringannya (stadium)
pengapuran sendi. Ada 4 stadium pengapuran sendi, yaitu stadium 1 dan 2
dikategorikan sebagai pengapuran sendi ringan, sedangkan stadium 3 dan 4
sebagai pengapuran sendi berat.
Pada stadium 1, celah sendi masih normal
lebar, tetapi ada rasa nyeri pada sendi lutut. Celah sendi pada stadium 2 lebih
sempit dibanding normal. Sementara pada stadium 3, celah sendi sangat sempit
dan pada stadium 4, celah sendi menutup; keadaan ini disebabkan karena lapisan
tulang rawan yang melapisi ujung tulang dan “mengisi” celah sendi telah hilang
sama sekali.(sumber : http://www.pantirapih.or.id
)
Pengobatan Tradisional Penyakit Nyeri Sendi
dengan Menggunakan Obat Tradisional Nyeri Sendi Jelly Gamat Luxor
Efektif Menyembuhkan Tanpa Menimbulkan efek
negatif terhadap kesehatan tubuh.
Di pulau langkawi, malaysia, teripang sohor
sebagai obat nyeri sendi akibat asam urat. Kepada trubus, ahli nutrisi Walter
Kee Mun Yee alumnus Wisconsin University mengatakan teripang mengandung
kondroitin sulfat dan glukosamin.
Kondroitin sulfat berperan memulihkan
penyakit sendi, sedangkan glukosaminoglycan merupakan zat antithrombogenik
pelancar peredaran darah yang menggumpal pada penderita asam urat, jumlah
glukosamin dan kondroitin sedikit.
Riset Dr. Mittchell Kurk dari Pusat
Revitalisasi Biomedis, New York, Amerika Serikat, Menunjukkan teripang berkhasiat
meningkatkan kesehatan fisik bagi 70% penderita radang sendi akibat asam urat.
ini akibat glukosamin merangsang tubuh mensekresikan cairan sinovial untuk
lubrikasi persendian.
Menurut dr. Zen Djaja MD, dokter di Malang,
Jawa Timur, Satwa anggota famili Holothuriidae itu mengandung asam lemak 12-MTA
alias metthyltetradecanoic acid. Asam itu ampuh menghadang enzim 5-lox atau
populer lipoksigenase, enzim yang mengoksidasi lemak tak jenuh menjadi
peroksida. menurut dokter alumnus Universitas Katolik Atmajaya itu kolagen
dalam teripang mengaktifkan enzim urikase sehingga lebih aktif memecah asam
urat menjadi allantoin. dengan demikian asam urat tidak menumpuk dan
menimbulkan radang sendi.
Kini anda tak perlu khawatir, dengan
mengkonsumsi Obat Tradisional Nyeri Sendi ,
maka penyakit nyeri sendi yang anda derita akan berangsur membaik dan akhirnya
kesembuhan menjadi kenyataan.Untuk Pemesanan Obat Tradisional Penyembuh
Penyakit Nyeri Sendi, klik pada gambar berikut ini :
Demikianlah sajian informasi mengenai Obat
Tradisional Nyeri Sendi. Semoga bermanfaat bagi anda yang saat
ini mengalami keluhan penyakit nyeri sendi dan menjadi jalan penyembuh untuk
meringankan penderitaan anda. Sayangi diri anda sebelum terlambat, karena
sembuh dan sehat adalah sebuah nikmat yang paling mahal harganya, Pesan Obat
Tradisional Nyeri Sendi sekarang juga. tas kunjungan
dan respon terbaiknya, kami ucapkan terima kasih.
Bunyi Dengkul untuk Mendeteksi Sakit Sendi
Nyeri sendi (osteoarthritis) bisa
sangat mengganggu aktivitas dan menurunkan kinerja karena jika sudah terkena
akan susah disembuhkan. Kini peneliti bisa mendeteksi apakah seseorang punya
risiko nyeri sendi dengan tes bunyi dengkul.
Osteoarthritis terjadi ketika tulang rawan di sendi 'melorot' dan dapat mempengaruhi setiap sendi di tubuh. Kelainan sendi ini paling sering mempengaruhi tangan, pinggul, lutut, punggung dan leher.
Ketika osteoartritis terjadi di lutut, tulang rawan yang menutupi ujung tulang sendi lutut rusak. Hal ini dapat semakin memburuk, jika tulang rawan tidak ada maka tulang bergesekan langsung dengan tulang, yang pada akhirnya menyebabkan nyeri yang luar biasa bagi pasien.
Saat ini, tidak ada obat untuk kondisi osteoartritis, tetapi ada beberapa untuk mencegahnya seperti penurunan berat badan atau olahraga ringan yang dapat mencegah kekakuan. Dalam kasus ekstrim, operasi dapat dipertimbangkan sebagai solusi.
Baru-baru ini peneliti meluncurkan perangkat prototipe yang bisa mendeteksi nyeri sendi di lutut alias osteoarthritis secara dini.
Peneliti di Universities of Lancaster dan Central Lancashire mengembangkan perangkat akustik untuk memindai bunyi di dengkul yang dapat menunjukkan kemerosotan pada sendi lutut secara dini.
"Pada dasarnya kami telah menemukan suatu cara untuk mengukur suara dari sendi berdasarkan gerakan repetitif sederhana, yaitu duduk dan berdiri," tutur Profesor John Goodacre dari Universitas Lancaster, seperti dilansir dari BBCNews, Minggu (18/7/2010).
Peneliti menemukan dengan alat prototipe ini, bunyi dengkul memiliki karakteristik sendiri. Karakteristik dengkul normal dengan yang rusak akan terdeteksi dari suaranya, sayangnya tidak dijelaskan secara gamblang perbedaan suara itu.
Penciptaan alat ini terinspirasi dari industri alat-alat akustik yang digunakan untuk mendeteksi keausan. Misalnya untuk mendeteksi keausan dan kerusakan di lengan beban bantalan dermaga.
"Jika kita benar-benar dapat membuat perubahan atau jika percaya bahwa perubahan dapat terjadi bahkan sebelum gejala berkembang, maka ini akan membuka jalan untuk berbagai pendekatan," tambah Prof Goodacre.
Bila osteoartritis telah dapat dideteksi secara dini, maka setidaknya dapat dilakukan perubahan dalam pengelolaan gaya hidup, penggunaan obat pencegah atau perawatan lainnya.
Prof Goodacre berharap perangkat ini kelak dapat dikembangkan menjadi alat yang murah dan praktis, agar dapat digunakan dokter dan klinik untuk mendiagnosa dan memantau osteoarthritis.
Osteoarthritis terjadi ketika tulang rawan di sendi 'melorot' dan dapat mempengaruhi setiap sendi di tubuh. Kelainan sendi ini paling sering mempengaruhi tangan, pinggul, lutut, punggung dan leher.
Ketika osteoartritis terjadi di lutut, tulang rawan yang menutupi ujung tulang sendi lutut rusak. Hal ini dapat semakin memburuk, jika tulang rawan tidak ada maka tulang bergesekan langsung dengan tulang, yang pada akhirnya menyebabkan nyeri yang luar biasa bagi pasien.
Saat ini, tidak ada obat untuk kondisi osteoartritis, tetapi ada beberapa untuk mencegahnya seperti penurunan berat badan atau olahraga ringan yang dapat mencegah kekakuan. Dalam kasus ekstrim, operasi dapat dipertimbangkan sebagai solusi.
Baru-baru ini peneliti meluncurkan perangkat prototipe yang bisa mendeteksi nyeri sendi di lutut alias osteoarthritis secara dini.
Peneliti di Universities of Lancaster dan Central Lancashire mengembangkan perangkat akustik untuk memindai bunyi di dengkul yang dapat menunjukkan kemerosotan pada sendi lutut secara dini.
"Pada dasarnya kami telah menemukan suatu cara untuk mengukur suara dari sendi berdasarkan gerakan repetitif sederhana, yaitu duduk dan berdiri," tutur Profesor John Goodacre dari Universitas Lancaster, seperti dilansir dari BBCNews, Minggu (18/7/2010).
Peneliti menemukan dengan alat prototipe ini, bunyi dengkul memiliki karakteristik sendiri. Karakteristik dengkul normal dengan yang rusak akan terdeteksi dari suaranya, sayangnya tidak dijelaskan secara gamblang perbedaan suara itu.
Penciptaan alat ini terinspirasi dari industri alat-alat akustik yang digunakan untuk mendeteksi keausan. Misalnya untuk mendeteksi keausan dan kerusakan di lengan beban bantalan dermaga.
"Jika kita benar-benar dapat membuat perubahan atau jika percaya bahwa perubahan dapat terjadi bahkan sebelum gejala berkembang, maka ini akan membuka jalan untuk berbagai pendekatan," tambah Prof Goodacre.
Bila osteoartritis telah dapat dideteksi secara dini, maka setidaknya dapat dilakukan perubahan dalam pengelolaan gaya hidup, penggunaan obat pencegah atau perawatan lainnya.
Prof Goodacre berharap perangkat ini kelak dapat dikembangkan menjadi alat yang murah dan praktis, agar dapat digunakan dokter dan klinik untuk mendiagnosa dan memantau osteoarthritis.
Apakah Anda kerap merasakan sakit
di lutut saat berjalan terlalu lama? Atau mungkin saat lutut digerakkan,
terdengar suara tidak wajar? Jika kedua hal ini terjadi, waspadalah. Sebab, ada
kemungkinan Anda terkena gangguan lutut kopong, yakni rasa sakit yang timbul di
area dengkul (lutut).
Menurut ahli tulang dari RS Siloam Kebon Jeruk, Jakarta, dr Franky Hartono SpOT, penyebab lutut kopong bisa bermacam- macam. Antara lain, pengeroposan tulang (osteoporosis), pengapuran sendi (osteoarthritis), dan luka pada bagian meniskus atau ligamen lutut. "Lutut kopong dapat terjadi karena keseleo, bekerja atau berolahraga terlalu berat, dan terjatuh," ucap Franky dalam seminar awam "Pinggang Kecetit dan Lutut Kopong" di Jakarta.
Pengapuran sendi atau osteoarthritis adalah terkikisnya sendi di lutut akibat gesekan yang berlangsung terus-menerus.
Kondisi ini biasanya terjadi pada orang yang pernah cedera atau kegemukan (obesitas). Jika osteoporosis umumnya terjadi pada orang usia 50 tahun ke atas (terutama perempuan), maka osteoarthritis bisa terjadi saat usia muda. Bila tidak ditangani dengan tepat, Anda dapat mengalami osteoarthritis pada masa tua.
"Jika Anda keseleo, sebaiknya berobat ke dokter agar cedera ringan tersebut dapat ditangani secara profesional. Sayangnya, saat ini kebanyakan orang Indonesia lebih memercayai pengobatan alternatif," ucap dokter yang pernah mengenyam pendidikan kedokteran di Belgia.
Lutut kopong memang acap kali diidentikkan dengan orang yang dengkulnya "berbunyi" ketika digerakkan. Namun, gejalanya bisa lebih dari sekadar bunyi "kretek-kretek" mirip engsel pintu yang rusak. Mereka yang terkena lutut kopong biasanya juga mengeluhkan nyeri, kaku, dan rasa berat saat melangkah atau tidak kuat berjalan.
Efeknya bukan hanya menyebabkan penderitanya memiliki keterbatasan dalam bergerak, juga cepat lelah sehingga tidak kuat jongkok dan mudah terjatuh. Jika dialami orang dewasa pada usia produktif, tentunya dapat menurunkan produktivitas kerja yang bersangkutan.
Itulah sebabnya, tindakan pengobatan perlu dilakukan. Tidak hanya untuk menghilangkan keluhan, juga mencegah perburukan penyakit. Adapun proses pengobatan lutut kopong biasanya disesuaikan tingkat keparahannya. Misalnya, jika lutut terasa sakit akibat cedera ringan seperti keseleo, maka pengobatan juga relatif ringan.
"Biasanya, lutut pasien akan diteropong untuk mengetahui dampak yang diakibatkan dari keseleo tersebut. Setelah itu, baru ditentukan apakah pasien harus menggunakan brace, gips, atau cukup beristirahat saja," paparnya.
Adapun jika lutut mengalami cedera pada bagian meniskus atau tulang rawan di dalam sendi dengkul, maka langkah operasi pun harus ditempuh. Menurut Franky, operasi yang disebut key hole surgery alias "operasi lubang kunci" ini merupakan proses operasi sederhana. Dokter bedah akan membuat sayatan kecil untuk memasukkan alat semacam mikroskop dan alat untuk menjahit meniskus yang luka tersebut. Selesai operasi, tanpa perlu dirawat inap, pasien sudah diperbolehkan pulang dan dapat berjalan kembali dengan normal.
Namun, pada lanjut usia (lansia), terkadang proses pengobatan lebih sulit dilakukan tim medis. Sering kali lutut kopong yang mereka derita sudah tergolong parah dan tulang rawan hampir habis terkikis. Lewat operasi, tulang rawan yang terkikis akan digantikan tulang rawan buatan dari titanium.
Setelah proses operasi, pasien dapat bergerak bebas karena kedua tulang di lutut sudah menyatu dan dapat menyeimbangkan posisi tubuh. Untuk mencegah lutut kopong, Anda sebaiknya melakukan olahraga dengan benar dan hati-hati. "Dengan berolahraga, otot akan semakin kuat dan terkontrol sehingga mampu menopang tubuh dengan sempurna," sarannya.
Perlu diketahui juga bahwa mengonsumsi susu atau suplemen tinggi kalsium bukan merupakan langkah utama mencegah lutut kopong. Sebab, suplemen kalsium ditujukan untuk mencegah osteoporosis, bukan osteoarthritis.
"Selama ini kalau ada yang mengalami nyeri lutut sering dikaitkan dengan osteoporosis. Lalu yang bersangkutan minum susu berkalsium tinggi dalam jumlah banyak supaya sembuh. Itu salah kaprah. Kalau lutut sakit, berarti terjadi pengapuran dalam sendi," tandas dr Yanwar Hadiyanto dari RS Pondok Indah Jakarta.
Saat ini, beberapa kasus gangguan sendi dapat ditangani dengan metode minimal invasive surgery, yakni pembedahan menggunakan sayatan kecil. Adapun prosedurnya disebut arthroscopy, yang mengacu pada pemeriksaan dan pengobatan yang dilakukan ahli bedah ortopedi untuk melihat, memeriksa atau mengevaluasi dan memperbaiki kelainan di dalam sendi.
Pada arthroscopy, ahli bedah membuat sayatan sekitar 5 mm, lalu memasukan alat kecil seukuran pensil berisi lensa kamera dan lampu ke dalam sendi. Prosedur ini memberikan beberapa keuntungan, yakni pasien mengalami rasa nyeri yang minimal pascaoperasi dan periode pemulihan dalam waktu yang relatif jauh lebih cepat dibandingkan operasi dengan teknik konservatif.
Menurut ahli tulang dari RS Siloam Kebon Jeruk, Jakarta, dr Franky Hartono SpOT, penyebab lutut kopong bisa bermacam- macam. Antara lain, pengeroposan tulang (osteoporosis), pengapuran sendi (osteoarthritis), dan luka pada bagian meniskus atau ligamen lutut. "Lutut kopong dapat terjadi karena keseleo, bekerja atau berolahraga terlalu berat, dan terjatuh," ucap Franky dalam seminar awam "Pinggang Kecetit dan Lutut Kopong" di Jakarta.
Pengapuran sendi atau osteoarthritis adalah terkikisnya sendi di lutut akibat gesekan yang berlangsung terus-menerus.
Kondisi ini biasanya terjadi pada orang yang pernah cedera atau kegemukan (obesitas). Jika osteoporosis umumnya terjadi pada orang usia 50 tahun ke atas (terutama perempuan), maka osteoarthritis bisa terjadi saat usia muda. Bila tidak ditangani dengan tepat, Anda dapat mengalami osteoarthritis pada masa tua.
"Jika Anda keseleo, sebaiknya berobat ke dokter agar cedera ringan tersebut dapat ditangani secara profesional. Sayangnya, saat ini kebanyakan orang Indonesia lebih memercayai pengobatan alternatif," ucap dokter yang pernah mengenyam pendidikan kedokteran di Belgia.
Lutut kopong memang acap kali diidentikkan dengan orang yang dengkulnya "berbunyi" ketika digerakkan. Namun, gejalanya bisa lebih dari sekadar bunyi "kretek-kretek" mirip engsel pintu yang rusak. Mereka yang terkena lutut kopong biasanya juga mengeluhkan nyeri, kaku, dan rasa berat saat melangkah atau tidak kuat berjalan.
Efeknya bukan hanya menyebabkan penderitanya memiliki keterbatasan dalam bergerak, juga cepat lelah sehingga tidak kuat jongkok dan mudah terjatuh. Jika dialami orang dewasa pada usia produktif, tentunya dapat menurunkan produktivitas kerja yang bersangkutan.
Itulah sebabnya, tindakan pengobatan perlu dilakukan. Tidak hanya untuk menghilangkan keluhan, juga mencegah perburukan penyakit. Adapun proses pengobatan lutut kopong biasanya disesuaikan tingkat keparahannya. Misalnya, jika lutut terasa sakit akibat cedera ringan seperti keseleo, maka pengobatan juga relatif ringan.
"Biasanya, lutut pasien akan diteropong untuk mengetahui dampak yang diakibatkan dari keseleo tersebut. Setelah itu, baru ditentukan apakah pasien harus menggunakan brace, gips, atau cukup beristirahat saja," paparnya.
Adapun jika lutut mengalami cedera pada bagian meniskus atau tulang rawan di dalam sendi dengkul, maka langkah operasi pun harus ditempuh. Menurut Franky, operasi yang disebut key hole surgery alias "operasi lubang kunci" ini merupakan proses operasi sederhana. Dokter bedah akan membuat sayatan kecil untuk memasukkan alat semacam mikroskop dan alat untuk menjahit meniskus yang luka tersebut. Selesai operasi, tanpa perlu dirawat inap, pasien sudah diperbolehkan pulang dan dapat berjalan kembali dengan normal.
Namun, pada lanjut usia (lansia), terkadang proses pengobatan lebih sulit dilakukan tim medis. Sering kali lutut kopong yang mereka derita sudah tergolong parah dan tulang rawan hampir habis terkikis. Lewat operasi, tulang rawan yang terkikis akan digantikan tulang rawan buatan dari titanium.
Setelah proses operasi, pasien dapat bergerak bebas karena kedua tulang di lutut sudah menyatu dan dapat menyeimbangkan posisi tubuh. Untuk mencegah lutut kopong, Anda sebaiknya melakukan olahraga dengan benar dan hati-hati. "Dengan berolahraga, otot akan semakin kuat dan terkontrol sehingga mampu menopang tubuh dengan sempurna," sarannya.
Perlu diketahui juga bahwa mengonsumsi susu atau suplemen tinggi kalsium bukan merupakan langkah utama mencegah lutut kopong. Sebab, suplemen kalsium ditujukan untuk mencegah osteoporosis, bukan osteoarthritis.
"Selama ini kalau ada yang mengalami nyeri lutut sering dikaitkan dengan osteoporosis. Lalu yang bersangkutan minum susu berkalsium tinggi dalam jumlah banyak supaya sembuh. Itu salah kaprah. Kalau lutut sakit, berarti terjadi pengapuran dalam sendi," tandas dr Yanwar Hadiyanto dari RS Pondok Indah Jakarta.
Saat ini, beberapa kasus gangguan sendi dapat ditangani dengan metode minimal invasive surgery, yakni pembedahan menggunakan sayatan kecil. Adapun prosedurnya disebut arthroscopy, yang mengacu pada pemeriksaan dan pengobatan yang dilakukan ahli bedah ortopedi untuk melihat, memeriksa atau mengevaluasi dan memperbaiki kelainan di dalam sendi.
Pada arthroscopy, ahli bedah membuat sayatan sekitar 5 mm, lalu memasukan alat kecil seukuran pensil berisi lensa kamera dan lampu ke dalam sendi. Prosedur ini memberikan beberapa keuntungan, yakni pasien mengalami rasa nyeri yang minimal pascaoperasi dan periode pemulihan dalam waktu yang relatif jauh lebih cepat dibandingkan operasi dengan teknik konservatif.
Apakah Anda
sering merasa nyeri atau kaku pada sendi-sendi atau tulang belakang? Sendi
terasa sakit saat berjalan atau naik tangga? Gangguan pada sendi jelas
menyebabkan aktivitas terganggu. Sebenarnya, apa yang menyebabkan gangguan pada
sendi? Dan, adakah cara untuk mengatasinya?
Penyebab nyeri
dan kaku sendi
Penyakit yang menyerang bagian sendi dikenal sebagai rematik. Penyakit ini biasanya ditandai dengan nyeri, bengkak, dan peradangan pada sendi. Penyakit rematik pun tidak asing di Indonesia. Data menunjukkan bahwa prevalensi penyakit rematik di Indonesia (2008) mencapai 23.6-31.3%1.
Penyakit yang menyerang bagian sendi dikenal sebagai rematik. Penyakit ini biasanya ditandai dengan nyeri, bengkak, dan peradangan pada sendi. Penyakit rematik pun tidak asing di Indonesia. Data menunjukkan bahwa prevalensi penyakit rematik di Indonesia (2008) mencapai 23.6-31.3%1.
Salah satu
yang menyebabkan gangguan pada sendi adalah kerusakan jaringan tulang rawan.
Karena jaringan tulang rawan berfungsi untuk melapisi tulang dan membantu
pergerakan sendi, kerusakannya menyebabkan tulang saling berbenturan saat
bergerak yang menimbulkan rasa nyeri dan kekakuan sendi. Masalah nyeri dan kaku
pada sendi banyak menyerang persendian leher, siku, pundak, jari atau
pergelangan tangan, lutut, punggung, dan pinggul meskipun dapat juga menyerang
bagian persendian lainnya. Bahayanya, gangguan ini dapat menyebabkan gangguan
beraktivitas hingga perubahan bentuk sendi dan tulang apabila tidak diatasi.
Apa penyebab
gangguan sendi?
Hal utama yang menyebabkan gangguan pada sendi belum diketahui dengan jelas. Namun, ada beberapa faktor yang diyakini berkaitan.
Hal utama yang menyebabkan gangguan pada sendi belum diketahui dengan jelas. Namun, ada beberapa faktor yang diyakini berkaitan.
- Gangguan kesehatan sendi dapat menyerang siapa saja, meskipun memang lebih banyak dialami oleh mereka yang berusia di atas 40 tahun. Meningkatnya risiko gangguan sendi seiring dengan peningkatan usia diyakini berhubungan dengan lebih tingginya tingkat penggunaan sendi, berkurangnya kekuatan otot, bertambahnya berat badan, dan berkurangnya kemampuan regenerasi sel.
- Cedera atau operasi pada sendi bagian tertentu meningkatkan risiko gangguan pada sendi tersebut di kemudian hari.
- Berat badan berlebih berhubungan erat dengan masalah pada sendi, terutama pada sendi lutut yang menopang beban tubuh. Risiko seseorang mengalami gangguan sendi diketahui meningkat hingga 4 kali lipat pada mereka yang kelebihan berat badan10.
- Aktivitas fisik intesitas tinggi yang berlebihan dapat memberikan beban berlebihan pada sendi dan meningkatkan risiko cedera. Namun, aktivitas fisik dengan intensitas ringan dan sedang justru dapat memperkuat dan menjaga kesehatan sendi.
- Rokok dapat meningkatkan peradangan di dalam tubuh sehingga meningkatkan risiko gangguan pada sendi.
- Faktor genetik atau keturunan
Bagaimana
gejala yang timbul?
- Nyeri pada sendi
- Kekakuan pada sendi, terutama setelah diam pada posisi yang sama (seperti tidur atau duduk)
- Sendi dan otot terasa lebih lemas, terutama pada sendi lutut
- Bengkak pada sendi
- Crepitus atau bunyi gemeratak pada sendi saat bergerak
- Gangguan dalam beraktivitas, terutama aktivitas yang melibatkan gerakan sendi:
- Berjalan dan turun-naik tangga
- Bangun dari kursi atau tempat tidur
- Membungkuk
- Perubahan bentuk sendi sehingga tampak menonjol, biasa terjadi jika gejala sudah parah
Atasi dengan
tepat sebelum terlambat
Walaupun tidak dapat disembuhkan, gangguan sendi tetap harus ditangani dengan tepat untuk membantu mengatasi rasa nyeri, memperbaiki kemampuan bergerak dan beraktivitas, serta mencegah kondisi menjadi memburuk.
Walaupun tidak dapat disembuhkan, gangguan sendi tetap harus ditangani dengan tepat untuk membantu mengatasi rasa nyeri, memperbaiki kemampuan bergerak dan beraktivitas, serta mencegah kondisi menjadi memburuk.
- Suplemen Glucosamine dan Chondroitine yang merupakan senyawa yang secara alami terdapat pada tubuh, terutama pada jaringan penghubung dan jaringan tulang rawan. Telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa suplementasi chondroitin dan glucosamine dapat membantu mengurangi nyeri sendi serta mencegah kerusakan persendian pada penderita osteoarthritis. Hal ini berkaitan dengan peran mereka sebagai komponen penyusun tulang rawan dan minyak synovial. Pembentukan tulang rawan serta minyak synovial berperan penting dalam mencegah gesekan antar tulang yang mengakibatkan nyeri sendi2,3,4.
- Terapi fisik dan olahraga bermanfaat untuk memperkuat otot, meningkatkan fleksibilitas sendi, dan sebagai latihan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Pilihlah jenis olahraga dengan intensitas ringan dan sedang untuk menghindari cedera, dan konsultasikan dulu dengan dokter Anda.
- Pola hidup sehat dengan asupan nutrisi yang seimbang serta menghindari rokok.
- Lindungi sendi dari beban berlebih dan cedera dengan cara:
- Penggunaan alas kaki yang tepat dan nyaman. Gunakan alas kaki dengan ukuran yang tepat dan batasi penggunaan alas kaki berhak tinggi
- Batasi aktivitas fisik intensitas tinggi
- Berhati-hati saat beraktivitas agar terhindar dari cedera
- Istirahat yang cukup
- Gunakan alat bantu saat beraktivitas jika dibutuhkan
References:
- Zeng QY (2008) melalui www.kompas.com
- Glucosamine and Chondroitin for Osteoarthritis. The Journal of International Medical Research 2008. 36: 1161-1179.
- Glucosamine, Chondroitin Sulfate, and the Two in Combination for Painful Knee Osteoarthritis. N Engl J Med 2006. 354:795-808.
- Chondroitin Sulfate and Joint Disease. Osteoarthritis and Cartilage 1998. 6: 3-5.
- Arthrtitis Care
- Arthritis Foundation
- Arthritis Reserach Campaign
- World Health Organization
- Arthrtis Foundation of Malaysia
Izin Copas ya kaka :)
BalasHapusBermanfaat sekali
Izin Copas ya kaka :)
BalasHapusBermanfaat sekali
Trims ya dok.apa obat yg bgs utk tlng bahu knn yg meradang bks pth tdk dktahui slama ini sdh l.k.5 thn( dkthui stlh br2 ini rontgen).t.k.
BalasHapusAsallammuallaikum...anda ada masalah kesehatan sprti diabetes - fistula-strok-vartigo dll..dan sudah lama belum sembuh dan sudah capek minum obat ini itu...insyah allah saya bisa menjadi sarana kesembuhan anda dalam waktu dekat ini dengan metode pengobatan acupoin dan nutrisi food suplemen fitomarmaka untuk info lebih lanjut dan konsultasi hub 085361675232/bbm 7cb2b113.
BalasHapusMAAF NO SMS
No tipu menipu
Haram dunia akhirat bila ada niat menipu.
Trimakasih... Akupunturis
salam doktor saya mmpoounyai tabiat mematahkan jari tngan kerana suka dgr bunyi nya. namun skrang saya sudah mula utk hentikan tbiat ini kerana sendi jari tngan saya mula besar. apakah cara untuk mengatasinya
BalasHapussalam doktor saya mmpoounyai tabiat mematahkan jari tngan kerana suka dgr bunyi nya. namun skrang saya sudah mula utk hentikan tbiat ini kerana sendi jari tngan saya mula besar. apakah cara untuk mengatasinya
BalasHapus