oleh Dani Muhtada
Namanya Surat Al-Hadid, atau Surat
Besi. Ini surat ke-57 dalam Al-Quran. Nama ini diambil dari ayat ke-25, yang
menyebutkan tentang penciptaan besi dan kekuatan yang terkandung di dalamnya.
Nama “besi” ini menarik, karena ia hanya tercantum dalam satu ayat saja, dari
29 ayat yang terdapat di dalamnya. Apa kira-kira rahasia di balik ini?
Kalau kita perhatikan ayat demi
ayat, surat ini sebenarnya memberikan resep tentang bagaimana menjadi “besi”
dalam kehidupan. Kemampuan kita dalam menghayati dan mengamalkan resep
“besi” ini dapat memberikan kekuatan tersendiri untuk menghadapi kerasnya
hidup. Resep “besi” tersebut terlihat dalam tiga pesan utama yang terkandung di
dalamnya.
Pertama tentang iman kepada Allah.
Pesan iman ini tersebar di berbagai ayat, baik di bagian awal maupun di bagian
akhir surat. Iman diperintahkan sebagai salah satu konsekuensi logis dari
perjanjian yang telah dibuat antara Allah dengan kita sejak sebelum ruh
ditiupkan ke jasad kita (QS. Al-Hadid: 8. Lihat pula QS. Al-A’raf: 172). Surat
ini menegaskan bahwa orang yang beriman akan mendapatkan cahaya dan jalan
terang (ayat 19 & 28). Cahaya dan jalan terang ini sangat diperlukan ketika
kita menghadapi kegelapan atau kesulitan hidup. Dalam situasi sulit, hati dan
pikiran kadang terasa sempit. Situasi bisa gelap, lantaran tak tahu bagaimana
mengatasinya. Iman kepada Allah, Sang Maha Penolong, akan mengantarkan kita kepada
cahaya. Cahaya tersebut akan mendatangkan rasa tenteram, aman, dan melahirkan
optimisme akan hadirnya jalan keluar atas sebuah persoalan.
Kedua tentang kemahakuasaan Allah.
Surat Al-Hadid mengajarkan bahwa Allah Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan (ayat
2 & 17). Dia yang menghadirkan kesulitan, Dia pula sumber jalan keluar.
Sangat mudah bagi Allah untuk “menerangkan” atau “menggelapkan” kehidupan
seseorang (ayat 9). Allah menegaskan bahwa diri-Nya adalah pemilik segala
sesuatu, dan karena itu segala sesuatu harus dikembalikan kepada-Nya (ayat 5).
Surat ini juga menyatakan bahwa Allah adalah satu-satunya pemilik keutamaan
(ayat 29). Keutamaan bagi orang yang ditimpa kesulitan adalah kemudahan.
Keutamaan bagi seseorang yang terjepit persoalan adalah jalan keluar. Karena
keutamaan adalah milik Allah, maka kepada-Nya jugalah kita berharap diberi
keutamaan. Keutamaan tersebut akan dibagi-bagikan kepada siapa yang Dia
kehendaki (ayat 29).
Ketiga tentang kunci menghadapi
persoalan. Allah mengingatkan bahwa dunia ini adalah permainan saja (ayat 20).
Karena sekedar permainan, maka tidak usah terlalu “serius” menghadapi dunia.
Segala sesuatu pasti ada akhirnya. Di dunia ini, tidak ada kepedihan yang
kekal, pun tidak ada kebahagiaan yang terus menerus. Selain itu, Allah juga
menegaskan bahwa segala hal yang terjadi di muka bumi ini sudah tercatat
sebelumnya di dalam kitab-Nya (ayat 22). Karena itu, manusia tidak boleh
terlalu bersedih jika ditimpa kesusahan, pun tidak boleh terlalu berbangga diri
jika sedang mendapatkan karunia dan kenikmatan (ayat 23).
Kita juga disarankan untuk
banyak-banyak mengingat Allah (ayat 16). Surat ini mengingatkan bahwa Allah
adalah awal dan akhir dari segala sesuatu (ayat 3). Dia selalu bersama kita di
manapun kita berada (ayat 4). Kita diingatkan untuk segera memohon ampun atas
kekhilafan yang telah kita perbuat (ayat 21). Ampunan Allah ini akan
mengantarkan kita kepada surga-Nya. Surga yang sebenarnya akan diberikan kelak
di akhirat. Sedangkan surga yang sekarang akan datang dalam wujud kebahagiaan
dan keselamatan di dunia.
Yang menarik, di surat ini Allah
berulang-ulang menegaskan pentingnya infaq dan sedekah (ayat 7, 10, 11, 18,
24). Dalam konteks perjuangan hidup, penegasan ini mengisyaratkan bahwa infaq
dan sedekah dapat membukakan jalan bagi kesulitan kita. Ini selaras dengan
sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hudzaifah.
Dalam hadits tersebut, Nabi bersabda bahwa kunci menghadapi persoalan ada tiga:
salat, puasa, dan sedekah. Barangsiapa yang melaksanakan ketiganya, insyaallah
kesulitan-kesulitannya akan dimudahkan oleh Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar